Yang memilih PDIP pada pemilu yang lalu tidak 100% karena lambang partai namun figur di partai. statmen Ketum-nya berbeda dengan mediang ayahanda (yang sempat membaca bukunya Ir. Soekarno, di bawah bendera revolusi, mungkin akan merinding). Harus diingat bahwa sikap seperti itu melahirkan tokoh seperti SBY yang kemudian menjadi lawan politik PDIP dan memaksa PDIP berada di luar kekuasaan. Keberadaan PDIP, kini, dalam kekuasaan, karena figur dan bukan 100%. Partai pandai memilih orang dan menggunakan situasi namun tidak bijak. Jika sikap itu diteruskan maka akan melahirkan orang-orang berkualitas yang menjadi lawan "alot" bagi PDIP.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Buku Edward Sallis: Total Quality Management

Sosiologi Pendidikan (Ringkasan dari buku Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si)

Psikologi Pendidikan Kristen (Sentot Sadono)