Sosiologi Pendidikan (Ringkasan dari buku Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si)
HAKIKAT
SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Tujuan Sosiologi Pendidikan
Menurut
Lester Frank Ward, tujuan sosiologi pendidikan adak I mengatasi
masalah sosial, seperti kemiskinan, keterbelakangan, dc kebodohan dengan
pendidikan. Oleh sebab itu, sosiologi pendidikcj harus menghasilkan konsep
paling real untuk mencapai tujuanny pendidikan harus menjanjikan jawaban yang
tepat untuk mengata permasalahan sosial. Adapun menurut Robert Angell, tujuan
sosiolo | pendidikan adalah menganalisis dan meneliti lembaga pendidil serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalamnya.
Pandangan
dua sosiolog di atas memetakan tujuan sosiolol pendidikan pada wilayah pendidikan
formal dan terbatas. Adapun tujuan sosiologi pendidikan dalam pengertian luas
adalah menganali peristiwa interaksi peserta pendidikan.
Peserta pendidikan itu bisa orang yang ada di sekolah, masjid, rumah
(keluarga), balai pelatihan, lembaga kursus, atau tempat mana saja yang di
dalamnya terjadi proses pendidikan (belajar). Peristiwa interaksi di antara
mereka dianalisis oleh sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan menganalisis
cara mereka berinteraksi dengan sesamanya, cara mereka berinteraksi dengan
orang lain di luar sistemnya, dan hubungan sistem mereka dengan sistem-sistem
yang lainnya.
Ary. H.
Gunawan (2000: 51) menyebutkan bahwa tujuan sosiologi pendidikan sebagai
berikut.
1) Menganalisis
proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak
perlu diperhatikan.
sekolah maupun masyarakat. Pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak
perlu diperhatikan.
2) Menganalisis
perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak pakar atau orang yang beranggapan
bahwa pendidikan memberikan peran yang sangat besar bagi kemajuan masyarakat.
Sebab, dengan memiliki ijazah yang tinggi, seseorang akan lebih mampu menduduki
jabatan yang lebih tinggi serta penghasilan yang lebih banyak. Benarkah?
3) Menganalisis
status pendidikan di dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan
dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah tempat lembaga
pendidikan berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat
provinsi atau minimal kabupaten yang cukup baik animo mahasiswanya.
4) Menganalisis
partisipasi orang-orang terdidik dalam kegiatan sosial. Peran atau aktivitas
warga yang berpendidikan sering menjadi ukuran tingkat kemajuan suatu
masyarakat. Orang-orang berpendidikan mudah untuk berperan dalam masyarakat.
5) Menentukan
tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional
harus bertolak dan dipulangkan pada filsafat hidup bangsa tersebut.
6) Memberikan
latihan-latihan yang efektif dalam bidang sosiologi kepada guru atau orang yang
terlibat dalam pendidikan sehingga memberikan kontribusi yang tepat terhadap
proses pendidikan.
Kegunaan Sosiologi Pendidikan
Menurut
Lester Frank Ward, kegunaan sosiologi pendidikan adalah merumuskan cara-cara
mengatasi keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan masyarakat melalui
pendidikan. Sos pendidikan memberikan jawaban yang tepat terhadap permasa
sosial. Menurut Robert Angell, kegunaan sosiologi pendidikan adalah membantu
menganalisis dan meneliti masalah yang ada lembaga pendidikan. Sosiologi
pendidikan menyediakan bahan pertimbangan pengelolaan lembaga pendidikan.
Ringkasan Pembahasan
1.
Sosiologi pendidikan adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari proses interaksi semua orang yang terlibat dalam
kegiatan pendidikan.
2.
Ada dua istilah dalam bahasa
Inggris yang berkembang mengenai sosiologi pendidikan, yaitu: (1) educational
sociology; (2) sociology of education. Educational sociology
adalah
usaha memecahkan masalah sosial melalui pendidikan. Sociology of
education adalah usaha memecahkan masalah pendidikan melalui sosiologi.
3.
Ruang lingkup (garapan) sosiologi
pendidikan hanya empat. Pertama, hubungan sistem pendidikan dengan sistem
sosial yang lain. Kedua, hubungan sekolah dengan masyarakat sekitarnya. Ketiga,
hubungan penghuni lembaga pendidikan dengan sesamanya. Keempat, pengaruh
lembaga pendidikan terhadap perilaku sosial anak didik.
4. Tujuan
sosiologi pendidikan adalah menganalisis dan men lembaga pendidikan serta
peristiwa-peristiwa yang terjac, dalamnya.
5. Kegunaan
sosiologi pendidikan adalah sebagai penyedia bal bahan pertimbangan pengelolaan
lembaga pendidikan, mej penyelidikan-penyelidikan yang bersifat sosiologis.
6. Beberapa
tokoh sosiologi pendidikan sebagai pioneJ antaranya adalah Emile Durkheim, Karl
Marx, dan Max Wej
2
PARADIGMA
ILMU SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Sebagaimana telah disebutkan,
sosiologi pendidikan adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia
pendidikan. Para sosiolog pendidikan berusaha mencari tahu tentang hakikat dan sebab
tindakan sekelompok orang yang teratur dan berulang dalam kegiatan pendidikan.
Berbeda dengan psikolog pendidikan, yang memusatkan perhatiannya pada
karakteristik pikiran dan tindakan orang per orang, sosiolog pendidikan
tertarik pada tindakan real yang dimunculkan seseorang sebagai anggota kelompok
pendidikan.
Secara konvensional, ada dua tipe
penting sosiologi pendidikan, yaitu sosiologi pendidikan mikro dan sosiologi
pendidikan makro. Sosiologi pendidikan mikro menyelidiki berbagai pola pikiran
dan perilaku yang muncul dalam kelompok-kelompok pendidikan terbatas. Para
sosiolog mikro menelaah di antaranya gaya komunikasi verbal dan nonverbal dalam
hubungan sosial secara perseorangan dalam lingkungan pendidikan tertentu,
integrasi kelompok, perkawanan, dan pengaruh keanggotaan seseorang. Adapun
sosiologi pendidikan makro mengkaji berbagai pola sosial manusia pendidikan
dalam skala besar. Sosiologi pendidikan makro memusatkan perhatiannya pada
manusia pendidikan sebagai keseluruhan dan berbagai unsur pentingnya, seperti
ekonomi, sistem politik, pola kehidupan keluarga, dan bentuk sistem
keagamaannya. Juga, sosiologi pendidikan makro memusatkan perhatiannya pada
jaringan kerja pendidikan dari berbagai masyarakat yang saling berinteraksi.
Peran Ilmu dalam Kajian Sosial
Karakteristik
ilmu yang paling distinktif adalah pendekata: yang bersifat empiris. Para
ilmuwan menuntut agar semua pernya yang diklaim sebagai kebenaran tunduk pada
pengujian yang cer dan diuji dengan fakta yang diperoleh melalui observasi terha
suatu objek. Klaim atas kebenaran dikatakan sahih, dalam arti il bukan karena
ia mempunyai alasan yang secara intuitif masuk atau bukan karena disampaikan
oleh seseorang atau sekelom orang yang terhormat dan memiliki otoritas,
melainkan kesahiha terkait dengan kecocokan pada fakta yang sudah diketahui.
Tidak
sedikit ilmuwan yang menghabiskan sebagian b waktunya untuk melakukan pekerjaan
dasar yang bersifat deskri yaitu melakukan identifikasi, karakterisasi, dan
klasifikasi terha gejala yang sedang diamati. Sekalipun demikian, jangan la
beranggapan bahwa tujuan ilmu sekadar membuat deskripsi. Kegi tt'u hanyalah
tahap awal dari penelitian ilmiah. Tujuan akhir adalah menielaskan identifikasi
pada sebab-sebab dasar eejala v diteliti.
Penjelasan
ilmiah dalam sosiologi dilakukan melalui kontr strategi teoretis dan teori.
Strategi teoretis adalah rangkaian gl yang terdiri atas asumsi-asumsi dasar,
konsep, dan prinsip-pri yang mengarahkan. Ia dirancang untuk diterapkan pada
gejala so secara luas. Tujuannnya adalah melahirkan teori-teori spesifik
mendorong berbagai macam penelitian untuk menguji teori terse Adapun teori
adalah rangkaian pernyataan spesifik yang sa; bcrhubugan serta dirancang untuk
menjelaskan gejala tertentu.
Teori lebih sempit daripada
strategi teoretis. Strategi teor umumnya diterapkan pada rangkaian gejala yang
terdiri atas berbe teori yang berkaitan. Walaupun diterapkan pada gejala-gejala
y
berbeda,
berbagai teori yang saling berkaitan itu mempunyai ban kesamaan. Sebab,
semuanya berasal dari rangkaian asumsi, ko dan prinsip yang secara global
memiliki kesamaan.
3
ANALISIS
SOSIOLOGI TENTANG SISTEM PENDIDIKAN
Dalam
perspektif sosiologis, pendidikan adalah sebagai suatu gejala sosial. Dengan
demikian, menurut para sosiolog, pendidikan adalah setiap sistem budaya atau
intruksi intelektual yang formal atau semiformal.
Meskipun
dalam pengertian ini pendidikan adalah ciri masyarakat manusia yang universal,
pembahasan pada bab ini akan lebih difokuskan terhadap sistem pendidikan formal
modern. Selain itu, pada bagian ini, pendidikan Amerika akan lebih banyak
disorot karena sistem pendidikan di negeri ini sangat mapan dan maju.
Sifat dan Tipe-tipe Sistem
Pendidikan
Pendidikan
adalah universalitas kebudayaan, tetapi sifat spesifiknya sangat berbeda antara
masyarakat yang satu dan masyarakat yang lainnya. Randall Collins (1977)
mengemukakan tiga tipe dasar pendidikan yang ditemukan di seluruh masyarakat
dunia, yaitu: (1) pendidikan keterampilan praktis; (2) pendidikan keanggotaan
kelompok status; dan (3) pendidikan birokratis.
Pendidikan
keterampilan praktis dirancang untuk memberikan keterampilan dan kemampuan
teknis tertentu yang dipandang penting dalam melakukan kegiatan-kegiatan
pekerjaan lain. Pendidikan ini didasarkan pada suatu bentuk pengajaran
guru-magang (master apprentice). Pada hakikatnya, jenis pendidikan
ini merupakan satu-satunya sistem pendidikan pada masyarakat primitif.
Sekalipun demikian, dapat dijumpai pula dalam masyarakat agraris dan sampai tingkat
tertentu juga ditemukan dalam masyarakat jndustri modern.
Pada
masyarakat primitif, pertukangan, seperti pe nengelola logam dan Iain-Iain,
pada umumnya dipelajari pemagangan. Dalam peradaban agraris, pemagangan juga
men basis untuk mengalihkan peranan-peranan pekerjaan, seperti insinyur
konstruksi, dan arsitek.
Salah satu
keterampilan penting masyarakat primiti diajarkan secara formal ialah
baca-tulis (literacy). Latihan bai formal telah dimulai
di Mesopotamia kuno dan Mesir. Pada itu telah dibangun sekolah-sekolah khusus
untuk melatih am untuk menjadi penulis (R. Collins, 1977).
Pendidikan
keterampilan-praktis menarik perhatian tidak ada beragam ritual yang khas pada
pendidikan bir dan kelompok status. Di sini, tidak diperlukan pengawi ujian kenaikan
tingkat. Sebab, ujian satu-satunya yang layal< keefektifan tipe pendidikan
ini ialah keberhasilan dalam (Colins, 1977)
Pendidikan
kelompok status dilakukan untuk tujuan sim dan memperkuat prestise dan hak-hak
istimewa (privilege) ke elite dalam masyarakat yang
memiliki pelapisan sosia umumnya, pendidikan ini dirancang bukan untuk
digunakai pengertian teknis dan diserahkan pada pengetahuan dan badan-badan
pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara lu dijumpai dalam masyarakat
agraris dan industri. Collins iWIl) menyebutkan bahwa dalam perspektif
historis, pent lebih sering digunakan untuk mengorganisasikan kelompo daripada
tujuan-tujuan lain. Karena fokus kegiatan kelompol yang membatasi adalah waktu
luang dan konsumsi, pen! kelompok status dibedakan secara tajam dari pendidikan
I
dengan
diabaikannya keterampilan produktif secara melalui Karena menggunakan
kebudayaan umum sebagai suatu 1 keanggotaan
kelompok, pendidikan kelompok status merl bentuk suatu perkumpulan (club) dan
memasukkan banyak si untuk memperlihatkan solidaritas kelompok dan secara jelas
membedakan anggotanya dari yang bukan anggota. Aspel perkumpulan ini memberi ciri
khas para pria terpandang bertemu untuk
perbincangan yang bersifat kebangsawanan menulis puisi, maupun sebagai festival
periodik yang dilakiz siswa untuk publik Gerika.
Kemunculan
Sistem Pendidikan Modern
Sistem pendidikan industri modern
muncul pad 19. Ada dua tipe pendidikan modern yang memiliki mencolok waktu itu.
Pertama,
di
seluruh Eropa Barat, sistem-sistem pendidikan yang dikenal dengan istilar yang
disponsori (sponsored-mobility).
Sebagian
kecil siswa ditempatkan ke dalam jalur universitas dengan penyediaan kesempatan
kerja yang relevan dengan jalur tersebut, sedangkan mayoritas ditempatkan ke
dalam jalur yang diakhiri dengan pendidikan vokasional. Kedua, di Amerika
Serikat juga di Uni Soviet dan Jepang, pada tingkat tertentu muncul suatu
pendidikan yang dinamai dengan mobilitas kontes (contest
mobility). Sistem ini tidak mempunyai penyaluran resmi, meskipun terdapat
semacam penelusuran minat secara informal dan tersembunyi dan terdapat
kompetisi terbuka untuk mencapai pendidikan yang maju.
Semua sistem
pendidikan modern mengalami pertumbuhan dan ekspansi yang substansial pada abad
ke-19. Akan tetapi, sistem pendidikan Amerika telah maju dengan skala yang
sudah jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan yang lainnya. Amerika
Serikat telah mempunyai sistem pendidikan paling masif di dunia. Semua pemuda
melanjutkan pendidikannya ke pendidikan menengah, dan lebih dari setengah
lulusan sekolah menengah atas memasuki perguruan tinggi. Amerika Serikat
mempunyai jumlah perguruan tinggi dan universitas yang terbanyak dibandingkan
dengan negara lain di dunia ini.
Pada awal
abad ke-19, di Amerika sedikit sekali terdapat pendidikan formal. Hanya
sejumlah kecil mahasiswa dari kalangan elite yang mengikuti pendidikan tinggi
yang ada. Itu pun banyak dari mereka yang tidak selesai. Pada masa itu, tidak
ada sistem pendidikan dasar dan menengah milik pemerintah. Kira-kira
perlengahan abad ke-19, sekolah dasar negeri pertama dibentuk. Pendidikan dasar
dengan cepat tumbuh di negara ini. Pendidikan menengah negeri baru didirikan
pada pertengahan kedua abad itu, walaupun dirancang untuk melayani fungsi
persiapan perguruan tinggi. Sedikit sekali siswa yang mendaftar. Awal abad
ke-20 terjadi konversi sekolah menengah dari persiapan perguruan tinggi menjadi
suatu lembaga massa, dan pendaftaran begitu melonjak. Filosofi dan teknik
pendidikan yang baru diperkenalkan untuk mengurusi jenis sekolah menengah atas
yang mulai muncul. Perubahan besar lainnya dalam pendidikan Amerika terjadi
sesudah Perang Dunia II. Selama periode ini, pendaftaran ke perguruan tinggi
meningkat secara dramatis. Apabila pada tahun 1940 hanya 16% dari lulusan
sekolah menengah atas yang meneruskan ke perguruaan tinggi, pada tahun 1980
jumlahnya meningkat hingga 57%.
Ledakan
Pendidikan Dunia
Salah satu
ciri yang mencolok dalam bidang pendidikan pada dekade terakhir ini adalah
ekspansinya yang cepat dan besar. Indikasinya adalah semakin banyak anak muda
yang mendaftar untuk pendidikan di mana-mana, baik di negara industri maju
maupun negara berkembang. Pendaftaran masyarakat dunia untuk pendidikan
terdapat pada semua tingkat, dasar, menengah, dan tinggi.
Terdapat
peningkatan yang sangat signifikan peminat pendidikan, baik formal maupun
semiformal. Anak-anak muda berbondong-bondong mendatangi lembaga-lembaga
pendidikan formal untuk mendaftarkan dirinya. Gejala ini tidak hanya terjadi di
lingkungan masyarakat industri, tetapi juga di kalangan masyarakat pedesaan.
Bahkan, diperkirakan bahwa peminat pendidikan dari lingkungan masyarakat
pedesaan lebih tinggi persentasenya dibanding dari kalangan masyarakat
industri.
Randall
Collins yakin sekali bahwa persaingan kelon merupakan penumbuh
kualifikasionisme. Setidak-tidaknya: Saya menganggap ada dua faktor penumbuh kualifikasi.
Pertama,
pendidikan
merupakan alat yang digunakan oleh untuk mempertahankan stabilitas sosial dan
memelihar; dasar masyarakat. Strategi demikian secara khusus karakteristik Inggris dan negara Skandinavia
melakukar sama. Inggris mengalami sejumlah besar ekspansi tingkat i sejak awal
tahun 1960-an, seperti halnya negara-negara yang memulainya agak lebih awal. Di
negara-negara itu, besar pemuda kelas pekerja dibolehkan masuk univeris
bertahun-tahun. Hal ini merupakan cara yang paling sedei masyarakat pekerja
untuk mencoba mengubah struktur iml mereka biasa terima. Mereka berusaha
menciptakan leb persamaan kesempatan tanpa mengubah sifat sistem si Apa yang
dilakukan oleh Inggris dapat menjadi alat ya untuk menghilangkan permusuhan
yang potensial terhad; ketidaksamaan ekonomi yang dalam. Kedua, ekspansi p
dan permintaan.
1. Sebuah
keyakinan menggejala adalah bar mencapai suatu surat kepercayaan yang lebih
tinggi di pendidikan yang lama pula dan terukur. keterampilan
yang berguna kepada anggota-anggota generasi yang lebih muda. Sistem pendidikan
kelompok status berfungsi memberi arti pada status sosial kelompok peringkat
atas.
2. Sistem itu
pada umumnya sangat tidak praktis dan diabdikan untuk memindahkan dan membahas
kumpulan pengetahuan esoterik. Sistem pendidikan birokrasi, terutama berfungsi
merekrut personal untuk pekerjaan.
3. Sistem itu
memberi penekanan persyaratan kehadiran, kelas, dan diploma.
4. Sistem
pendidikan dalam masyarakat industri modern adalah kombinasi pendidikan status
dan birokrasi. Di kalangan masyarakat industri tertentu terdapat sistem
mobilitas yang disponsori dan penjaluran pendidikan dilakukan pada usia dini.
Dalam masyarakat industri lainnya dijumpai sistem-sistem mobilitas kontes.
Sistem-sistem itu bersaing secara lebih terbuka, dan tidak secara formal
didasarkan pada mekanisme penjaluran (tracking).
4
ILMU PENGETAHUAN DALAM
PERSPEKTIF SOSIOLOGIS
Bagian ini
akan menguraikan aspek historis dan sosiologis ilmu pengetahuan sebagai pranata
sosial. Ilmu pengetahuan adalah pernyataan intelektual yang memberi pemahaman
koheren tentang dunia ini dengan bersandar pada pengamatan yang sistematis.
Tujuan akhir intelektual kebanyakan ilmiah ialah pengembangan teon-teori yang
koheren, yang menjelaskan sejumlah besar gejala dengan cara sesederhana
mungkin. Saya tambahkan bahwa ilmu pengetahuan merupakan akumulasi observasi
dan teori. Ilmu pengetahuan merupakan suatu cara meneliti dan juga hasil
akumulasi penelitian.
Ilmu
pengetahuan tergolong dalam komponen suprastruktur masyarakat manusia. Muncul
sebuah pertanyaan, apakah ilmu pengetahuan merupakan hasil dari kondisi-kondisi
infrastruktur dai struktur yang melandasinya? Jawaban pertanyaan tersebut bisa "ya dan bisa
"tidak". Perlu Anda ketahui bahwa faktor-faktor infrastruktur dan
struktur merupakan determinan pokok tingkat aktivitas ilmiah suatu masyarakat
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, meskipun masih relevan dengan
isi pemikiran ilmiah yang sesungguhnya, kekuatan-kekuatan infastruktur dan
struktur tidak memainkan peran besar dalam pembentukan teori-teori yang
dihasilkan oleh para ilmuwan. Ada sisi otonom para ilmuwan dalam pembentukan
teori-teori pengetahuan.
Sekalipun
demikian, Anda pun harus yakin bahwa otonomi pengetahuan merupakan otonomi
partial, bukan otonomi universal. Pertimbangan sosial memengaruhi sifat
pemikiran ilmiah para ilmuwan. Pekerjaan para sosiolog dalam hal tersebut
adalah menyelidiki faktor-faktor sosial yang memengaruhi pembentukan pengertian
ilmiah. Pemerincian kondisi-kondisi tempat muncul
Sejarah Ilmu Pengetahuan Dunia
llmu
pengetahuan berlangsung dan maju melalui ki teori dan observasi yang
terus-menerus. Teori-teori yang memerlukan pengujian yang sistematis dengan
fakta-fa dikumpulkan melalui observasi. Teori-teori yang sesuj fakta yang lebih
baik daripada teori-teori lainnya untuk waktu di pandang sebagai unggul dan
dipertahan masyarakat ilmiah sampai terdapat teori yang lebih baik.
Kesalahan
yang umum terjadi ialah merancukan ilmu teknologi. Meskipunjelasbertalian,keduanyaharusdirumus
terpisah. Teknologi terdiri atas alat-alat, teknik, dan pengeta terakumulasi
yang relevan dengan adaptasi masyarakat lingkungan alam sosial. Sasaran teknologi
ialah objek prak hal ini teknologi berbeda dari ilmu pengetahuan. Ilmu pei
meskipun sangat tidak relevan dengan pemikiran praktis, proses intelektual
dengan tujuan mengembangkan teori-mempunyai bobot intelektual tinggi. Teknologi
tidak mengi demikian. Ilmu pengetahuan hanya untuk kepuasan intele
dihasilkannya, sedangkan teknologi dinilai semata-mata ke hasilnya yang
bermanfaat.
Penjelasan Sosiologi tentang
Kemunculan Ilmu Pengetahuan
Tesis Merton: Etika Protestan
Usaha paling
terkenal yang dilakukan oleh seorang sosiolog untuk menjelaskan munculnya ilmu
pengetahuan adalah usaha Robert Merton. Dalam bukunya yang terkenal, Science,
Technology, and Society in Seventeenth Century England (1970),
Merton berusaha menguraikan aspek revolusi ilmu pengetahuan yang terjadi di
Inggris pada abad ke-17. Uraian Merton mengikuti model uraian Weber tentang
munculnya kapitalisme Barat dalam Protestan Ethics and the Spirit
of Capitalism.
Sebagaimana
halnya Weber yang memandan kapitalisme Barat bermula dari suatu perangkat
kekuatan dan ide-ide keagamaan yang kompleks, Merton percaya ba pengetahuan
Barat juga merupakan hasil dari faktor-faktoi dan agama. Hal menarik dari
pemikiran Merton adalah pene pada kekuatan ekonomi dan agama sebagai pendorong
ilmu pengetahuan.
Merton
menyebutkan bahwa nilai-nilai keagamaa memberi atmosfer sosial dan intelektual
yang baik untul ilmu pengetahuan. Ia percaya bahwa nilai-nilai tersebut m
dilakukannya studi empiris dan rasional terhadap alam seb satu cara memuliakan
Tuhan dan ciptaan-Nya.
Untuk
mendukung argumennya, Merton menyaji yang menunjukkan bahwa manusia yang
berpandangan k Protestan memainkan peranan penting dalam kepemimp Society of
London dalam pertengahan abad ke-17. Ia mer beberapa orang yang dianggap
sebagai bukti bahwa agame berada di balik gerakan sosial pengetahuan. Menuru
Theodore Haak merupakan seorang calvinist yang ny dipengaruhi
oleh nilai-nilai agama. Merton juga menyebul Papin, seorang calvinist Perancis
yang diusir dari Peran tuduhan keagamaan, Thomas Sydenham sebagai seorar yang
bersemangat, dan Sir William Petty sebagai seorang y, dipengaruhi oleh
puritanisme.
Tesis Merton
perlu dikaji ulang validitasnya. Se itu secara berlebihan memfokuskan
perhatiannya pa motif khusus segelintir individu yang terkemuka. Cara 1
merupakan strategi tidak baik untuk memahami peristiv yang besar.
Teori Merton banyak mendapat
kritik. Konsepsi Mi paling banyak diomeli dan disorot
adalah tentang kaitar antara nilai-nilai puritan dan pandangan ilmiah. Kritik
ya: menyatakan bahwa ajaran calvinist, berdasar tesis Merton, dengan mistisisme
(Theodere K. Rabb, 1962).
Tesis Wuthnow: Desentralisai
Politik
Teori yang cukup menarik tentang
kemunc pengetahuan di Eropa Modern ialah teori yang digagas Wuthnow. Wuthnow
mengemukakan unsur kunci yang t disinggung oleh Merton dan Bernal.
Wuthnow
menunjuk secara khusus pada fakta bahwa Eropa selama abad ke-16 dan 17,
meskipun kuat terintegrasi secara komersial oleh ekonomi kapitalis, secara
politik mengalami desentralisasi. Wuthnow yakin sekali bahwa desentralisasi ini
memainkan peranan kunci dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan.
Sekurang-kurangnya
tiga cara desentralisasi politik memunculkan ilmu pengetahuan:
1) Pertama, desentralisasi
politik memberi tingkat kebebasan tertentu kepada ilmuwan untuk melakukan
pekerjaan mereka. Sebagai contoh, jika para ilmuwan berhadapan dengan suatu
iklim politik yang tidak menguntungkan ilmu pengetahuan di negerinya, untuk
meneruskan karya pengetahuannya, mereka melarikan diri ke negara yang iklim
politiknya lebih mendukung pengetahuan.
2) Kedua, sifat
desentralisasi Eropa kapitalis mengandung arti bahwa negara-negara individual
terlibat dalam persaingan ekonomi, politik, dan militer yang intens antara satu
dan lainnya. Ilmu pengetahuan memainkan peranan penting dalam persaingan ini.
Dengan jalan meningkatkan ilmu pengetahuan dan hasil-hasil praktis yang
ditimbulkannya, pemerintah berharap dapat melebarkan kemampuan mereka untuk
bersaing.
3) Ketiga, desentralisasi
memicu komunitas-komunitas ilmiah untuk bersaing sehingga persaingan itu
memperbesar kuantitas dan kualitas penelitian ilmiah di antara mereka. Melalui
hasil penelitiannya, masing-masing komunitas infr,'n berposisi sebagai pemegang
informasi ilmiah paling dominan.
Wuthnow juga
menyatakan bahwa posisi ekonomi suatu negera Eropa memengaruhi tingkat kegiatan
ilmiahnya. Sebuah data menarik dikemukakan oleh Wuthnow. Dia menunjukkan sebuah
data bahwa menurunnya ekonomi Spanyol secara tajam pada abad ke-16 disertai
oleh penurunan jumlah ilmuwan. Sementara itu, peralihan Italia menjadi status
semiperiferal kira-kira tahun 1600 diikuti oleh penurunan umum kegiatan ilmu
pengetahuan. Adapun di Belanda, kegiatan ilmiah sangat menurun sesudah tahun
1650, ketika posisi ekonominya hancur akibat kekalahan militer dari Inggris dan
Perancis. Pada awal abad ke-18, Inggris dan Perancis merupakan kekuatan besar
ekonomi kapitalis Eropa. Mereka berdua memiliki kaum ilmuwan yang terbesar
sejak saat itu.
Ringkasan Pembahasan
1. Ilmu
pengetahuan adalah suatu cara penyelidikan yang berusaha untuk mengembangkan
konsep dan prinsip teoretis melaluf penelitian empiris tentang dunia ini. Ilmu
pengetahuan juga merupakan kumpulan pengetahuan yang terakumulasi yang
diperoleh melalui penyelidikan empiris.
2. Ledakan
kegiatan ilmiah besar pertama terjadi di kalangan orang-orang Yunani kuno. Para
ilmuwan Yunani kuno adalah pemikir-pemikir materialistik yang berusaha untuk
menjelaskan fenomena sebagai akibat dari proses alamiah. Masa puncak
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani adalah periode Helenistik. Setelah itu,
ledakan pengetahuan terjadi di dunia Islam. Pada periode Islam, kontribusi
penting muncul dalam bidang astronomi, matematika, dan astronomi.
3. Ilmu
pengetahuan secara dramatis mulai meluas lagi pada abad ke-17 di Eropa Barat.
Fisika dan astronomi memberi" jalan pada revolusi ilmu pengetahuan.
Ilmuwan besar masa itu adalah Copernicus, Tycho Brahe, Kepler, Galileo, dan
Isaac Newton. Pada akhir abad ke-17, ilmu pengetahuan menjadi suatu ciri
kehidupan sosial yang terlembagakan di Eropa Barat.
4. Robert
Merton mengemukakan bahwa Protestanisme memainkan peran penting dalam
merangsang revolusi ilmu pengetahuan di Inggris. Akan tetapi, teori ini agaknya
bertentangan dengan bukti-bukti ilmu pengetahuan telah berkembang secara signifikan
di dunia Islam dan negara-negara Katolik.
5. Ilmu
pengetahuan didorong secara signifikan oleh atmosfer politik dan komersialisme.
6. Secara
tradisional, sarjana-sarjana Barat memandang ide-ide ilmu pengetahuan terbebas
dari pengaruh sosial. Pandangan ini disebut dengan pandangan internalis ilmiah.
Pandangan internalis telah mendapat tantangan dalam tahun-tahun
5
GURU
DALAM PESPEKTIF SOSIOLOGI
Pengertian dan Pemaknaan tentang
Guru
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2001: 377), guru adalah manusia yang
tugasnya (profesinya) mengajar, sedangkan menurut Vembrianto (1994: 21) dalam
buku Kamus Pendidikan, guru adalah pendidik profesional
di sekolah dengan tugas utama mengajar.
Secara
linguistik, istilah yang bermakna guru terdapat di seluruh bahasa dunia. Dalam
bahasa Inggris, umpamanya, dikenal istilah teacher yang padanan
bahasa Indonesianya adalah guru. Teacher memiliki
arti: A person whose occupation is teaching others, yaitu
seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain (Syah, 2003: 222). Dalam bahasa
Arab, guru dikenal dengan istilah — salah satunya — mu'allim, yaitu orang
yang menjadikan orang lain berilmu atau orang yang menyampaikan suatu informasi
kepada orang lain (Baalbaki, 1997:1073).
Secara
keprofesian formal, guru adalah sebuah jabatan akademik yang memiliki tugas
sebagai pendidik. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat (Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, Bab XI Pasal 39
Ayat 2). Guru sebagai seorang tenaga kependidikan yang profesional berbeda
pekerjaannya dengan yang lain. Karena ia merupakan suatu profesi, dibutuhkan
kemampuan dan keahlian khusus dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Rusyan,
1990: 5).
Istilah lain
yang masih berkenaan dengan guru dan berkembang di masyarakat adalah pendidik.
Karena makna pendidik adalah usaha untuk membimbing, mengarahkan, mentransfer
ilmu yang dilakukan secara umum. Akan tetapi, istilah pendidik terdaps lembaga
formal, seperti sekolah, madrasah, dan dosen dalarr perguruan tinggi. Istilah
ini menjadi fokus dari berbagai ka dalam dunia pendidikan, karena pendidik
menggunakan isitilah sangat luas dan konfrehensif, sehingga lebih mengenerali:
makna pendidik dalam konteks luas. Istilah pendidik ini dapa dari pendapat
Fadhil Al-Djamali yang dikutip oleh Ramayuli 85-86) bahwa pendidik adalah orang
yang mengarahkan manu: kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat kemanus:
sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusi jauh, Ramayulis melihat
konsep pendidik pada tataran pen Islam, yaitu setiap orang dewasa yang karena
kewajiban ag bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.
Secara
istilah, pendidik adalah orang-orang yang bert£ jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengu perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik
potens kognitif maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajar (Ahmad Tafsir,
2002: 41).
Secara umum,
menurut Ahmad D. Marimba, p diartikan sebagai orang yang memikul
pertanggungjawab. mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajiban bertanggung
jawab tentang pendidikan si terdidik (peser (Ahmad D. Marimba, 1980: 37).
Samsul Nizar
(2002: 42) mendefinisikan pendidik adal yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jas rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan se mampu
menunaikan tugas-tugas kemanusiaan (baik sebag fi al-ardh maupun abd) sesuai
dengan nilai-nilai ajaran Islai konteks ini, menurut Samsul Nizar, pendidik
bukan hanya bertugas di sekolah (madrasah), melainkan orang yang terli proses
pendidikan anak, mulai dari alam rahim (kandui sampai meninggal dunia.
Dalam
konteks psikologi, pendidik (guru) menurut Wasty Soemanto (1998: 237) adalah
makhluk biasa. Pandangan pakar psikologi bahwa pendidik sejati bukanlah makhluk
yang berbeda-beda dengan peserta didiknya. Ia bukan makhluk serba cermat dan
pintar sehingga pendapat pendidiklah yang serba benar dan menganggap peserta
didik dibawanya secara keseluruhan.
Secara
konstitusional, Pasal 1 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bawah pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dalam
Pasal 39 ayat 2 UU yang sama dijelaskan pula bahwa guru juga disebut dengan
istilah pendidik, dengan makna bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Ada beberapa
pendapat para ahli tentang sifat-sifat yang harus dimiliki oleh para guru,
antara lain sebagai berikut. Menurut Purwanto (1998: 140-148), syarat-syarat
guru adalah: berijazah, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berkelakuan baik, bertanggung jawab, berjiwa nasional, adil, percaya dan
suka kepada murid-muridnya, sabar dan rela berkorban, memiliki kewibawaan
terhadap anak-anak, penggembira, bersikap baik terhadap guru-guru lainnya,
bersikap baik terhadap masyarakat, benar-benar menguasai mata pelajarannya,
suka pada mata pelajaran yang diberikannya, dan berpengetahuan luas.
Untuk
melakukan (be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu
saja seseorang harus memiliki kemampuan (ability) dalam bentuk
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
keterampilan (skill) yang sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
Mengacu pada
pengertian kompetensi tersebut, dalam hal ini, kompetensi guru dapat dimaknai
sebagai gambaran tentang apa yang seyogianya dapat dilakukan seorang guru dalam
melaksanakan pekerjaannya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil yang
dapat ditunjukkan.
Lebih jauh,
Raka Joni, sebagaimana dikutip oleh Suyanto dan Hisyam (2000), mengemukakan
tiga jenis kompetensi guru, yaitu:
ti kompetensi
profesional, yang memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang
diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakannya;
1.
kompetensi kemasyarakatan, yaitu
mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas;
2.
kompetensi personal, yaitu
memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang
guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran ing ngarso
sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
3.
Dalam perspektif kebijakan
pendidikan nasional, pemerintah merumuskan empat jenis kompetensi guru,
sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu sebagai berikut.
4.
Kompetensi pedagogik, yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta
didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d)
perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan
dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian.
Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang:
(a) mantap;
5. Kompetensi
sosial. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d)
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat
untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan
teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c)
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d)
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
6. Kompetensi
profesional. Yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.
Sebagai
pembanding, National Board for Profesional Teaching Skill (2002) telah
merumuskan standar kompetensi bagi guru di Amerika, yang menjadi dasar bagi
guru untuk mendapatkan sertifikasi guru, dengan rumusan sebagai berikut.
1. Wltat
teachers should know and be able to do, terdiri atas lima
proposisi utama, yaitu (1) teachers are committed to students and their learning yang mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa; (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa; (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil; dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berpikir siswa.
proposisi utama, yaitu (1) teachers are committed to students and their learning yang mencakup: (a) penghargaan guru terhadap perbedaan individual siswa; (b) pemahaman guru tentang perkembangan belajar siswa; (c) perlakuan guru terhadap seluruh siswa secara adil; dan (d) misi guru dalam memperluas cakrawala berpikir siswa.
2. Teachers
know the subjects they teach and how to teach those subjects
to students mencakup: (a) apresiasi guru tentang pemahaman
materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun, dan
dihubungkan dengan mata pelajaran lain; (b) kemampuan guru
untuk menyampaikan materi pelajaran; (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
to students mencakup: (a) apresiasi guru tentang pemahaman
materi mata pelajaran untuk dikreasikan, disusun, dan
dihubungkan dengan mata pelajaran lain; (b) kemampuan guru
untuk menyampaikan materi pelajaran; (c) mengembangkan usaha untuk memperoleh pengetahuan dengan berbagai cara (multiple path).
Teachers are
responsible for managing and monitoring student learning mencakup:
(a) menggunakan berbagai metode dalam pencapaian tujuan pembelajaran; (b)
menyusun proses pembelajaran dalam berbagai seting kelompok (group
setting), kemampuan untuk memberikan ganjaran (reward) atas
keberhasilan siswa; (c) menilai kemajuan siswa secara teratur; dan (d)
kesadaran akan tujuan utama pembelajaran;
Teachers
think systematically about their practice and learn from experience mencakup:
(a) guru secara terus-menerus menguji diri untuk memilih keputusan-keputusan
terbaik; (b) guru meminta saran dari pihak lain dan melakukan berbagai riset
tentang pendidikan untuk meningkatkan praktik pembelajaran.
Teachers are members of learning
communities mencakup: (a) guru memberikan kontribusi terhadap efektivitas
sekolah melalui kolaborasi dengan kalangan profesional lainnya; (b) guru
bekerja sama dengan orangtua siswa; (c) guru dapat menarikkeuntungan dari
berbagai sumber daya masyarakat.
Dalam ilmu
sosiologi ditemukan dua istilah yang akan selalu berkaitan, yakni status
(kedudukan) dan peran sosial di dalam masyarakat. Status biasanya didefinisikan
sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok atau posisi
suatu kelompok dalam hubungannya dengan kelompok lain. Adapun peran merupakan
sebuah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status
tertentu tersebut.
Status
sebagai guru dapat dipandang tinggi atau rendah, bergantung pada tempat ia
berada, sedangkan perannya yang berkedudukan sebagai pendidik seharusnya
menunjukkan kelakuan yang layak sesuai harapan masyarakat, dan guru diharapkan
berperan sebagai teladan dan rujukan dalam masyarakat dan khususnya anak didik
yang dia ajar.
Guru tidak
hanya memiliki satu peran. Ia bisa berperan sebagai orang dewasa, seorang
pengajar dan seorang pendidik, pemberi contoh, dan sebagainya. Apabila kita
cermati, sebenarnya status dan peran guru tidaklah selalu seragam dan bersifat
konsisten. Ini kependidikan, untuk mampu menjadi guru atau
tenaga kependidikan yang baik, khususnya dalam melaksanakan tugas profesional.
Selanjutnya, pembinaan prajabatan
melalui pendidikan guru ini harus mampu mendidik mahasiswa calon guru atau
calon tenaga kependidikan untuk menjadi manusia, person (pribadi)
dan tidak hanya menjadi teachers (pengajar)
atau educator (pendidik), dalam artian menjadi makhluk
yang berbudaya. Sebab, kebudayaanlah yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk hewan. Kita tidak dapat mengatakan bahwa hewan berbudaya, tetapi kita
dapat mengatakan bahwa makhluk manusia adalah berbudaya.
WF Connell
(1972) membedakan tujuh peran guru, yaitu: (1) pendidik (nurturer); (2) model;
(3) pengajar dan pembimbing; (4) pelajar (learner); (5)
komunikator terhadap masyarakat setempat; (6) pekerja administrasi; serta (7)
kesetiaan terhadap lembaga. -
Peran guru
sebagai pendidik (nurturpr) berkaitan dengan tugas-tugas
memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas
pengawasan dan pembinaan (supervisor), serta
tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak didik menjadi
patuh terhadap aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.
Tugas-tugas ini berkaitan dengan upaya meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan
kesehatan jasmani, bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas
tanggung jawab kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan
untuk hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal
dan spiritual. Oleh karena itu, tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkah laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada.
Peran guru
sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru
mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu, tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai dasar
negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus
selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.
Peran guru
sebagai pengajar dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru
harus memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman lain di luar fungsi
sekolah, seperti hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual
dan memilih pekerjaan di masyarakat dan hasil belajar yang berkaitan dengan
tanggung jawab sosial tingkah laku sosial anak. Kurikulum harus berisi hal-hal
tersebut sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup
yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
kemampuannya lebih lanjut.
Peran guru
sebagai pelajar (leaner). Seorang guru dituntut untuk
selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan
yang dimilikinya tidak tertinggal zaman. Pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan
pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas
kemanusiaan.
Peran guru
sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru
diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang
dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru sebagai
administrator. Seorang guru tidakhanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi
juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh karena
itu, seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar harus diadministrasikan
secara baik. Sebab, administrasi yang dikerjakan, seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya, merupakan dokumen yang berharga
bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Peran guru
dalam proses belajar mengajar sebagai demonstrator dimaknai
sebagai penguasaan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik
dengan selalu menambah pengetahuan, karena pendidik mesti juga berperan sebagai
peserta
didik dalam konteks menambah ilmu. Penguasaan materi pelajaran dimaksudkan juga
penguasaan dalam bentuk menyusun silabus mata pelajaran, yaitu guru harus dapat
menetukan kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, tema, strategi, media,
dan penilaian.
Guru sebagai
pengelola kelas (learning manager) dimaksudkan bahwa ia harus mampu
mengelola kelas sebagai lingkungan belajar (learning
empowyer) dengan aspek pengelolaan yang terorganisasi sehingga suasana
belajar mengajar menjadi menyenangkan.
Guru sebagai
mediator dan fasilitator dimaksudkan bahwa pendidik harus
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang banyak tentang media pendidikan, karena
dengan mempergunakan media yang baik akan lebih meransang peserta didik untuk melakukan
proses pembelajaran. Pendidik sebagai evaluator dimaksudkan bahwa pendidik
dalam periode tertentu — semester dalam konteks kurikulum 2004— harus mampu
melakukan evaluasi secara bertanggung jawab dengan landasan profesionalisme. Peran guru
dalam pengadministrasian, menurut Usman, guru berperan
sebagai pengambil inisiatif, wakil masyarakat, orang yang ahli dalam mata
pelajaran, penegak disiplin, pelaksana administrasi pendidikan, pemimpin
generasi muda, dan penerjemah kepada masyarakat.
Komentar
Posting Komentar