Resensi Buku Edward Sallis: Total Quality Management



TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN EDUCATION
(Manajemen Mutu Pendidikan)
Edward Sallis


Pengantar Penerjemah

Dunia pendidikan di era kontemporer dikejutkan dengan adanya model pengelolaan pendidikan pendidikan berbasis industri. Pengelolaan ini mengandaikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Dalam disiplin ilmu pendidikan disebut dengan total quality education (TQE). TQE mengusung filosofi total quality management (TQM) yang semula diterapkan dalam dunia bisnis.
Dalam konteks filosofisnya, konsep ini menekankan prinsip pencarian secara konsistem terhadap perbaikan secara berkelanjutan dengan tujuan mencapai kebutuhan kepuasan pelanggan. Ini berarti “kepuasan pelanggan menjadi nomor satu”.
Adapun strategi yang dikembangkan adalah institusi pendidikan memposisikan diri sebagai penyedia jasa yakni institusi yang memberikan service atau layanan seperti yang diinginkan pelanggan atau customer. Dalam ruang inilah institusi sebagai penyedia jasa dan para pelanggan sama-sama membutuhkan sistem manajemen yang mampu membercayakan institusi pendidikan agar bermutu.
Pelanggan kemudian dibedakan menjadi dua jenis, internal customer  dan external cutomer. Internal customer adalah para pengelola institusi, yakni guru, dosen, staff dan penyelenggara institusi; external customer adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri (dalam konteks Pendidikan Kristen dapat ditambahkan: gereja).
Oleh karena itu, apabila memposisikan institusi pendidikan sebagai penyedia jasa maka harus memenuhi standar mutu, yaitu: mutu sesungguhnya – quality in fact dan mutu persepsi – quality in perception. Dengan indikator pengukuran: tanpa cacat – zero defect dan baik sejak awal – right first time and every time.
Dalam ranah pendidikan, quality infact dapat dilihat pada stadar kemampuan dasar yang dimiliki lulusan atau kualifikasi akademik minimal. Sedangkan quality in perception dapat dilihat pada kepuasan dan bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan (X or Y institution).
Dengan demikian apabila TQM diterapkan dalam dunia pendidikan maka harus memperhatikan:
1.    Continuous improvement – perbaikan secara terus menerus
2.    Quality assurance – standar mutu. Untuk dapat mencapainya maka pihak manajemen harus menentukan standar mutu materi kurikulum dan standar evaluasi ang akan dijadikan sebagai alat untuk mencapai standar kemampuan dasar (standar kompetensi dasar). 
            Metode pendekatan yang diterapkan atau ditempuh adalah
a.    Student active learning – pembelajaran pelar aktif
b.    Cooperatif learning dan colaboratif learning
c.    Constructive learning
d.    Mastery learning – pembelajaran tuntas
Mutu peserta didik dapat diukur dalam tiga bentuk penguasaan:
a.    Content objectives
b.    Methodological objectives
c.    Life skill objectives
Atau dengan kata lain berfokus pada instructional effects (hasil kasat mata) dan nurturent effects atau hasil-hasil laten proses pembelajaran seperti terbentuknya kebiasaan membaca dan pemecahan masalah.
3.    Change of culture: sebagai bagian dan tujuan membentuk budaya organisasi yang menghargai mutu dan menjadikan mutu sebagai orientasi semua komponen organisasi. Baik dalam mutu proses pembelajaran maupun mutu hasil. Untuk mencapai hal ini maka harus melakukan rekayasa dan motivasi agar secara bertahap dan pasti kultur mutu berkembang dalam organisasi mutu pendidikan.
4.    Upside down organization: perubahan organisasi akan mengikuti perubahan visi dan misi.
5.    Keeping close to the customer atau mempertahankan hubungan dengan pelanggan. Karena itu public relation menjadi unsur penting.


Tanggapan
Total Quality Management (TQM) atau manajemen mutu menyeluruh adalah suatu konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak 50 tahun lalu dari berbagai aspek/praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan produktivitas. TQM memperkenalkan pengembangan proses produk dan pelayanan sebuah organisasi secara sistematik dan bekesinambungan. Pendekatan tersebut ini berusaha untuk melibatkan semua pihak terkait, dan memastikan bahwa pengalaman dan ide - ide mereka yang memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu.
Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi - fungsi kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan pengorganisasian perekrutan staf, pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran. Konsep manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi, dan mutu peningkatan pelayanan secara berkesinambungan.
Memperhatikan perkembangan dunia, baik era skolastik, modern, bahkan post modern (era posmo) atau dalam buku Edward Sillis (pada bagian catatan penerjemah) disebut era “kontemporer” bahwa dunia pendidikan dikejutkan dengan diterapkannya TQM dalam dunia pendidikan. Saya kira ini hal yang wajar sebab dunia memang dalam proses perkembangan. Ini juga berarti ada perubahan budaya (culture change).
Dunia pendidikan harus menyambut baik dan menerapkan TQM dalam pendidikan sebagai bagian dari keinginan pencapaian mutu baik oleh internal customer maupun external customer. Di mana mutu sebagai “subjek” yang diacu dan dikontrol. Hal ini tentu dapat ditempuh dengan menerapkan metode-metode pendekatan yang sesuai dalam TQM. Kita tidak menafikan bahwa memang mutu menjadi acuan, hanya bagaimana mencapainya maka diperlukan TQE.
Faktor rekayasa dan faktor motivasi harus diperhatikan. Rekayasa dalam konteks pendidikan dapat dipahami berkaitan dengan tindakan perencanaan secara terstruktur, komprehensif dan akurat melalui kurikulum dan mata ajar yang dapat diperhatikan dari kompetensi pencapaian. Di sinilah makna dan maksud faktor rekayasa. Motivasi, di mana mutu menjadi “subjek” yang diacu sehingga yang terlibat dalam institusi pendidikan paham bahwa mutu menjadi hal penting. Sehingga peserta didik dapat berhasil baik dari segi hard skill  maupun soft skill.











































DAFTAR ISI

Pengantar Penerjemah
Tanggapan

Bab I: Latar Belakang Lahirnya Gerakan Mutu
Tanggapan

Bab II: Memahami konsep mutu
Tanggapan

Bab III: TQM dalam Konteks Pendidikan
Tanggapan

Bab IV: Tokoh-tokoh Mutu: Deming, Juran dan Crosby
Tanggapan

Bab V:BS5750
Tanggapan

Bab VI: Standar Mutu Lainnyaik
Tanggapan

Bab VII: Beberapa pertimbangan Organisasional
Tanggapan

Bab VIII: Kepemimpinan Pendidikan Mutu
Tanggapan

Bab IX: Kerja Tim Bagi Mutu
Tanggapan

Bab X: Alat dan Teknik Peningkatan Mutu
Tanggapan

Bab XI: Perencanaan Strategis Mutu
Tanggapan
2
4

7
11

13
16

18
21

22
25

26
27

29
30

32
34

35
38

40
42

44
46

48
50











BAB I
LATAR BELAKANG LAHIRNYA GERAKAN MUTU




Mutu adalah sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga diri – Tom Peters dan Nancy Austin


Mutu
            Bagi setiap institusi, mutu adalah aganda utama dan mutu merupakan tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang menganggap mutu sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki; mutu merupakan hal yang membingungkan dan sulit diukur. Ini berarti ada perbedaan dalam mendefinisikan mutu.
            Bisa saja kita mencapai hasil dan mengetahui mutu ketika kita mengalaminya dan tetap akan terasa sulit ketika hendak mendeskripsikan dan menjelaskan perihal mutu. Mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan/atau sebaliknya. Dengan demikian mutu merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.
            Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan mereka untuk meraih mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak didik. Karena itu ada banyak faktor yang dapat menjadi indikator mutu, misalnya: gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar, dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
            Semua yang disebutkan di atas merupakan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai kekuatan dari setiap institusi untuk mencapai mutu. Namun menjadi problem saat harus memikirkan kembali “mutu”. Apakah mutu dalam bentuk hasil ataukah ‘sebuah kepuasan’ dari pelanggan. Dan mungkinkah di sini letaknya kesulitan dalam mendefinisikan mutu?.
            Dalam dunia bisnis, misalnya, wakil presiden  eksekutif Ford Motor Company mengatakan bahwa “kita tahu bahwa pada saat ini, masa-masa sulit ini, kita harus benar-benar memuaskan pelanggan”. Untuk mencapainya tidaklah semudah mendengarkan pelanggan dan memberi respon yang baik pada mereka maka mutu akan tercapai dengan sendirinya. Tidak. Untuk mencapainya harus “meniscayakan sebuah langkah awal yang lebih serius”. Sebab itu, organisasi-organisasi yang menganggap serius pencapaian mutu akan memahami bahwa untuk mencapai mutu, Anda harus “mendengar dan merespon secara simpatik terhadap kebutuhan dan keinginan pelanggan”.
            Mutu? Ya, mutu adalah ide yang sudah ada di hadapan kita. Bahwa institusi-institusi yang bergerak dalam assesment mutu telah melakukan berbagai langkah misalnya penghargaan dan standar mutu yang telah dierkenalkan sebagai bagian dari mempromosikan mutu dan keunggulan. Misalnya, The Citizen’s Charter, The Parent’s Charter, Investor in People, The European Quality Award, British Standard BS5750 dan Internasional Standard ISO 9000.
            Karena itu, mutu kemudian memasuki dunia pendidikan. Ini sebuah fenomena dalam dunia pendidikan. Institusi-institusi pendidikan kemudian mengembangkan sistem-sistem mutu dengan tujuan membuktikan kepada khalayak umum bahwa mereka (institusi X) memberikan layanan yang bermutu.
            Meskipun demikian, kita harus menyadari bahwa mutu bukan sekedar sebuah inisiatif atau sebuah model baru yang di desain untuk menambah beban kerja guru atau institusi, atau hal lain.
            Jika demikian maka kita harus membedakan TQM dalam perusahaan dan TQM dalam pendidikan. TQM dalam perusahaan hanya sebatas sebuah inisiatif. Sedangkan TQM dalam pendidikan lebih merupakan sebuah filosofi dan metodologi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Esensinya adalah perubahan budaya atau culture change.
            Harus dicatat bahwa petualangan mencari mutu bukanlah sebuah ekspedisi baru. Dalam dunia industri, sejak dulu sudah ada keharusan untuk merasa yakin bahwa produk sudah sesuai dengan spesifikasinya agar mampu memberikan kepuasan pada para pelanggannya. Jika mutu produksi terjaga maka akan menyebabkan tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk meningkat. Untuk mencapainya, maka harus menjaga standar mutunya sehingga dikemudian hari lahirlah apa yang disebut quality control.
            Kontrol mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi spesfikasi yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar ke pasar. Maka kontrol mutu berada di tahap akhir atau pasca produksi dengan tugas mendeteksi produk yang cacat.
            Dalam perkembanganya, mutu mulanya dikembangkan di Barat di era 1930 dan 1940an oleh W. Edwards Deming. Namun Jepanglah yang memanfatkan keahliannya. Deming memformulasikan idenya pada tahun 1930-an saat melakukan penelitian tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses industri. Dari serangkaian penelitian yang dilakukan Deming, Deming menginginkan kontrol atas industri. Ia kemudian mengembangkan metode statistik Shewhart yakni teknik-teknik meminimalisasi unsur-unsur tak terduga dari proses-proses industri sehingga industri dapat dikontrol dan terkontrol. Kontribusinya adalah mengembangkan metode Shewhart. Metode Shewhart dan Deming kemudian dikenal dengan Statistic Process Control (SPC).
            Kunjungan Deming ke Jepang dalam tugas melakukan statistik usai perang dunia. Maka Jepang kemudian memintanya untuk membantu dalam proses kontrol industri Jepang. Deming menganjurkan Jepang agar mulai mengetahui apa yang diinginkan pelanggan. Ia pun menganjurkan untuk mendesain metode-metode produksi serta produk Jepang dengan standar tinggi. Sebab hanya itu yang akan memungkinkan mereka memegang kendali. Dalam prediksinya, jika diterapkan maka hanya membutuhkan lima tahun maka perusahaan-perusahaan Jepang akan memposisikan diri sebagai pemimpin pasar. Sejalan dengan itu, Juran pun mengunjungi Jepang. Deming dan Juran kemudian berkolaborasi ide ke dalam apa yang disebut total quality manajemen (TQM)
Sebagaimana pada organisasi-organisasi lain, kesadaran mengenai kualitas juga telah merambah dunia pendidikan. Dalam buku ini dikatakan bahwa institusi-institusi pendidikan perlu mengembangkan sistem kualitasnya agar dapat membuktikan kepada publik bahwa mereka dapat memberikan layanan yang berkualitas. Kualitas, khususnya dalam konteks TQM dipandang tidak sekedar sebagai inisiatif belaka, namun dipandang sebagai suatu alat untuk mengubah budaya dalam institusi pendidikan menjadi budaya yang lebih baik. Namun demikian, total quality movement dalam pendidikan adalah hal yang masih tergolong baru. Hanya ada sedikit literatur yang mengemukakannya sebelum tahun 1980.
Sebagian besar praktik kerja TQM diawali oleh komunitas pendidikan di AS dan Inggris di tahun 1990, dan sekarang ini banyak ide terkait TQM telah dikembangkan dengan baik di pendidikan tinggi, terbukti dengan adanya EFQM European Quality Management Award (tahun 2001) yang dimenangkan oleh St Mary’s College—sebuah sekolah di Irlandia Utara. Masalah jaminan kualitas juga mulai menjadi pemikiran utama di sekolah-sekolah di seluruh dunia.
Terkait dengan penerapan TQM sebagai standar jaminan kualitas dalam sebuah institusi pendidikan, ada beberapa pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.
  1. Bagaimana kualitas dalam institusi pendidikan dapat dipastikan? Apa indikatornya?
  2. Apakah konsep kualitas dalam institusi pendidikan telah benar-benar dipahami oleh mereka yang berkecimpung didalamnya?
  3. Mengapa institusi pendidikan perlu menerapkan sistem manajemen kualitas?
  4. Dapatkah konsep manajemen kualitas tersebut dilaksanakan di Indonesia?




Tanggapan
            Mutu sebagaimana dikemukakan di atas telah mengalami perkembangan. Para pelaku industri telah menyadari mutu dan kontrol terhadap menjadi faktor penting sebuah produk diterima atau tidak oleh pasar. Tahap demi tahap dilakukan hanya dengan satu tujuan kepuasan pelanggan.
            Demikianlah yang dilakukan para pelaku industri di Jepang ketika mereka mengetahui bahwa Deming memiliki metode pendekatan yang efektif dalam mencapai mutu. Bahwa apabila mutu produksi terjaga maka akan menyebabkan tingkat kepercayaan pelanggan terhadap produk meningkat. Untuk mencapainya, maka harus menjaga standar mutunya sehingga dikemudian hari lahirlah apa yang disebut quality control.
            Hal in juga yang harus dipikirkan oleh pelaku pendidikan bila menginginkan mutu dan kepuasan pelanggan. Tidak ada cara lain kecuali mutu out put harus terjaga. Bila mutu out put terjaga makan akan berdampak terhadap tingkat kepercayaan pelanggan.
Secara umum, kualitas dalam institusi pendidikan dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain: guru yang baik dan kompeten, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, dukungan dari orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Namun benarkah kita benar-benar meyakini bahwa kualitas adalah tentang indikator-indikator tersebut?
Fakta sekarang ini kualitas pendidikan ditentukan oleh kebijakan pemerintah terpilih, yang telah dijanjikan selama masa-masa kampanye. Kasus di Indonesia sendiri, kebijakan mengenai pendidikan akan berubah seiring dengan seringnya pergantian pemimpin. Masing-masing pemimpin terpilih yang baru tidak ada yang bersedia meneruskan kebijakan dari pemimpin lama yang telah terlaksana sebagian. Akibatnya, institusi pendidikan di Indonesia sering sekali harus menyesuaikan diri dengan kebijakan-kebijakan baru yang terus berubah. Contoh paling nyata adalah masalah pergantian kurikulum, dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) hingga sekarang menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Melihat situasi politik semacam ini, TQM mungkin dapat menjadi solusi untuk memastikan kualitas pendidikan di Indonesia. Mengapa? Karena TQM pada dasarnya adalah gabungan dari filosofi dan metode. TQM dapat membantu institusi untuk mengelola perubahan-perubahan yang terjadi dan menetapkan agenda mereka sendiri untuk menyesuaikan diri dengan tekanan dari luar institusi atau organisasi mereka. Meskipun demikian, TQM tidak akan dapat memberikan hasil yang instan, dan belum tentu juga akan dapat memberikan hasil terbaik bagi institusi pendidikan. TQM hendaknya dipandang sebagai seperangkat cara atau alat yang dapat diterapkan dalam manajemen sebuah institusi pendidikan, termasuk di Indonesia. Dengan demikian, institusi pendidikan akan dikelola dengan manajemen yang lebih baik, sehingga hasil keluarannya (alumni) akan lebih berkualitas.


















BAB II
MEMAHAMI KONSEP MUTU


Konsep Mutu
            Mutu memiliki pengertian yang bervariasi. Nomi dan Anna bersepakat bahwa mutu merupakan konsep yang licin. Mutu mengimplikasikan hal-hal yang berbeda pada masing-masing orang. Inilah yang kemudian dipahami sebagai masalah disekitar pemahaman terhadap mutu. Mutu merupakan suatu ide yang dinamis sedangkan definisi-definisi yang kaku sama sekali tidak akan membantu. Karena itu dibutuhkan suatu pemikiran dan pemahaman yang komprehensif.
            Bila demikian maka mutu dapat dilihat sebagai:
1.    Konsep yang absolut.
Mutu hanya dapat dilihat dalam contoh berikut: restoran yang mahal, mobil yang mewah. Prinsipnya adalah memikili sifat baik, cantik dan benar. Ini patokan. Jika demikian, apakah mutu harus dilihat sebagai nilai? Haruskan menilai mutu dari sesuatu yang bermutu dan merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat diungguli? Dan produk-produk bermutu adalah sesuatu yang dibuat dengan sempurna dan dengan biaya yang mahal? Ya. Penilaiaannya adalah kepuasan dan kebanggaan dari pemiliknya. Dalam contoh lain, mobil yang bermutu adalah mobil hasil rancangan istimewa, mahal, dan memiliki interior dari kulit. Mutu dalam contoh ini hanya dalam kategori langka dan mahal. Intinya “yang sulit dimiliki orang lain” itulah mutu. Dengan kata lain “mayoritas memujinya, menginginannya namun sebagian kecil di antara kita yang memilikinya”.
Dalam hubungannya dengan pendidikan maka pendidikan yang bermutu adalah elit karena hanya sedikit institusi yang dapat memberikan pengalaman pendidikan dengan ‘mutu tertinggi’ kepada para peserta didik. Sedangkan yang lain tidak dapat menjangkaunya.


2.    Konsep yang Relatif
Mutu dapat digunakan sebagai sebagai suatu konsep yang relatif. Definisi relatif tersebut memandang mutu bukan sebagai suatu atribut produk atau layanan tetapi sesuatu yang berasal dari produk tersebut. Mutu dikatakan ada apabila memenuhi sejumlah kualifikasi dan spesifikasi. Ini merupakan cara untuk menentukan apakah sudah ada mutu ataukah belum. Misalnya, produk A tidak harus mahal dan eksklusif tetapi cantik, namun tidak selalu demikian; atau tidak harus spesial tetapi asli, wajar dan familiar. Dalam kaitannya dengan pendidikan adalah sekolah X bermutu apabila memenuhi standar. Dengan demikia mutu mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan dan mengerjakan apa yang diinginkan pelanggan. Dengan kata lain harus sesuai tujuan. Atau ketersesuaian tujuan dan manfaat.
Bagi para produsen, mutu memiliki sistem jaminan mutu. Sehingga secara konsisten produksi menghasilkan produk-produk yang sesuai standar atau spesfikasi tertentu. Artinya bermutu atau tidaknya sebuah produk ditentukan oleh ketersesuain produk dengan standar.

3.    Definisi Menurut Pelanggan
Pihak yang menilai bahwa suatu produk atau universitas bermutu apabila memuaskan dan melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Inilah yang disebut quality in perception. Berarti mutu bersifat relatif yakni hanya di mata orang yang melihatnya.

Kontrol Mutu, Jaminan Mutu dan Mutu Terpadu
            Ketiga hal di atas memiliki perbedaan sebagai berikut
Perhatikan di halaman berikutnya






Kontrol mutu
Jaminan mutu
Mutu terpadu
-       Menerapkan metode deteksi dan eliminasi
-       Dilakukan oleh pemeriksa mutu
-       Melacak dan menolak item-item yang cacat
-       Menekakan kontrol mutu
-       Mencegah kesalahan sejak awal proses produksi
-       Mendesain jaminan mutu utk menghasilkan produk sesuai spesifikasi yg ditetapkan
-       Bebas dari cacat dan kesalahan
-       Menerapkan prinsip zero defects and right first time  every time
-       Menekankan tanggungjawab
-       Prinsip pelanggan adalah raja
-       Memberikan sesuatu yg diinginkan pelanggan
-       Mendesain produk untuk memuaskan harapan pelanggan

Mutu Jasa (Service quality)
            Antara karakteristik mutu jasa dan produk, lebih rumit mendefinisikan mutu jasa bila dibandingkan dengan kualitas produk. Kesulitan tersebut berkaitan dengan elemen-elemen di dalamnya. Mutu jasa selalu berhubungan dengan “hubungan” yakni antara pemberi dan pengguna, waktu dan bahwa tidak dapat diperbaiki atau ditambal. Selalu berhadapan dengan kepastian.

Tanggapan
Dalam konteks pendidikan di Indonesia maka pemerintah kemudian menerapkan standar pendidikan nasional atau SNP. SNP merupakan patokan untuk menilai apakah bermutu atau tidak. Yang meliputi:
1.    Standar Nasional Pendidikan (SNP) adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.    Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:
a.    standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
b.    standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
c.    standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
d.    standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
e.    standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
f.     standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan  pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
g.    standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; dan
h.    standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Dan bahwa sekolah harus memiliki visi dan visi yang terejawentahkan dalam kurikulum.










BAB III
TOTAL QUALITY MANAGEMENT DALAM KONTEKS PENDIDIKAN



TQM adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang (Edward Sallis).
            Dalam konsep TQM, TQM jangan dilihat sebagai beban. Dalam proses penerapannya, TQM harus diperkenalkan terlebih dahulu. Sebab TQM adalah suatu keinginan untuk selalu mencoba mengerjakan sgala sesuatu dengan ‘selalu baik sejak awal’. TQM juga bukan untuk memeriksa kalau-kalau ada yang salah. Juga bukan bagaimana mengerjakan agenda melainkan tentang agenda yang telah ditetapkan klien; tidak juga tugs yang hanya dikerjakan oleh manajer senior yang selanjutnya memberikan arahan kepada bawahannya.
            Total (terpadu) menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan terus-menerus. Kata manajemen dalam TQM berlaku untuk setiap orang. Sebab setiap orang dalam organisasi dalam level manapun dapat menjadi manejer bagi tanggungjawabnya masing-masing.
            Filosofi dari TQM adalah pertama, perbaikan secara terus menerus dengan metode pendekatan praktis tetapi strategis dalam menjalankan roda organisasi yang memfokuskan diri pada kebutuhan pelanggan. Tujuannya adalah untuk mencari hasil yang lebih baik. TQM bukan sekumpulan slogan namun merupakan suatu pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai peningatan kualitas yang tepat dengan cara yang konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Penekanannya adalah perbaikan secara terus menerus dan seluruh komponen dalam organisasi terlibat.
Kedua, dan untuk mendeskripsikan alat-alat dan teknik-teknik, seperti brainstorming dan analisa lapangan dengan tujuan membawa peningkatan mutu. Jadi, TQM adalah sebuah pola pikir sekaligus aktivits berpikir praktis.
Kata kuncinya adalah pendekatan secara sistematis, konsisten, hati-hati, praktis.
            TQM juga berkaitan dengan perubahan kultur dan ini tidak dapat dicapai dengan cepat melainkan memerlukan waktu yang cukup lama, membutuhkan sikap dan metode, sosialisasi kepada seluruh komponen organisasi sehingga seluruh komponen mau melaksanakan pesan moral TQM.
            Oleh karena itu, ada dua ha penting yang diperlukan staf untuk  menghasilkan mutu. Pertama, staf membutuhkan sebuah lingkungan yang cocok untuk bekerja. Baik situasi, sistem maupun prosedur. Kedua, staf memerlukan lingkungan yang mendukung dan menghargai kesuksesan dan prestasi yang mereka raih; memerlukan pemimpin yang menghargai prestasi dan membimbing untuk meraih kesuksesan lebih besar.
            Kunci sukses kultur TQM adalah mata rantai internal-eksternal yang aktif antara pelanggan dan produsen. Jika ini berjalan baik maka akan ada implikasi hebat terhadap organisasi. Hal ini dapat dilihat pada perbandingan struktur organisasi tradisional dengan hirarki terbalik TQM. Struktur tradisional menekankan alur kuasa dan direksion. Hirarki TQM menekankan pada pola hubungan yang berorientasi pada layanan dan pentingnya pelanggan bagi organisasi.
 Lihat pada halaman berikutnya






 


























          manejer




             senior
















manejer menenga





                

















             guru
















      staf pendukung
















TQM in education















         Pelajar






















Tim guru dan staf




     pendukung
















       Pemimpin















































            Menjaga hubungan dengan pelanggan merupakan prinsip mutlak dalam TQM sebab TQM hadir untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Organisasi yang unggul baik negeri maupun swasta harus menekankan ‘hubungn dengan pelanggan’. Sebab ini merupakan obsesi organisasi terhadap mutu.
            Prinsip yang harus diperhatikan ketika muncul kendala-kendala dalam memperkenalkan TQM adalah harus kerja keras dan waktu menjadi hal penting. TQM membutuhkan mental juara untuk menghadapi tantangan. Sumber tekanan tidak hanya dari sisi internal melainkan juga dari sisi eksternal.

Tanggapan
            Ketika TQM berada dalam dunia pendidikan maka filosofinya adalah pelajar menjadi fokus utama. Sebab pelajar nantinya akan menjadi produk dan label ‘bermutu’ ada pada pelajar sebagai out put atau keluarannya. Bila  mutu ada pada out put maka pihak eksternal akan tahu bahwa institusi pendidikan bermutu.
            Dengan menekankan pada pola hubungan maka tentu akan memberikan efek positif kepada pelanggan. Dengan memperhatikan bagan TQM dalam pendidikan maka TQM membalikan kebiasaan dalam struktur tradisional yang berjalan dari atas ke bawah (direktif). Manejer senior memberi instruksi dan staf menjalankan. Ini jelas berbeda dengan struktur TQM yang lebih menekankan hubungan. Ini berarti komunikasi menjadi unsur penting dalam meraih kesusksesan dalam memberikan kepuasan kepada pelangga.







BAB IV
TOKOH-TOKOH MUTU: DEMING, JURAN, DAN CROSBY


            Deming, Juran dan Crosby merupakan orang-orang penting dibalik mutu. (mereka bermutu karena telah menjadikan mutu sebagai orientasi). Mereka berkonsentrasi dalam mutu industri produksi meskipun kemudian juga diterapkan dalam industri jasa. Juga bahwa mereka tidak menyinggung atau mencoba menerapkannya dalam pendidikan. Tetapi eksplorasi terhadap pemikiran mereka memberikan manfaat bagi dunia pendidikan. Sebab berbeda antara produksi industri dan pendidikan. Produksi industri menghasilkan barang sedangkan pendidikan mempengaruhi manusia.

Filsafat Mutu Deming
            Penerbitan buku Deming, Out of the Crisis, bertujuan untuk mengubah gaya manajemen Amerika. Kritik Deming tentang manajemen Amerika adalah pada ‘perencanaan masa depan dan peramalan berkaitan dengan persoalan-persoalan yang belum muncul. Misalnya tentang pemadam kebakaran. Bagi Deming, mereka justru menerapkan prinsip jangka pendek. Efeknya adalah pada pemborosan biaya produki dan meningkatnya harga yang harus dibayarkan kepada pelanggan. Konsekuensinya adalah hilangnya pelanggan dan mengorbankan para pekerja. Deming kemudian memberikan diagnosanya bahwa masalah mutu ada pada masalah manajemen.
            Manajemen sebagai sumber permasalahan. Deming juga menemukan ada tujuh penyakit mematikan bagi organisasi. Ketujuh penyakit tersebut adalah:
1.    kurang konstannya tujuan
2.    Pola pikir jangka pendek
3.    Evaluasi prestasi individu melalui proses penilaian atau tinjauan kerja tahunan
4.    Rotasi kerja yang terlalu tinggi
5.    Manajemen menerapkan prinsip angka yang tampak (ini catatan penting untuk pendidikan: bahwa jika sekolah-sekolah hanya menekankan pada daftar hasil ujian maka menurut Deming, mereka akan merasakan bahaya yang sama. Baginya, kita tidak dapat mengukur kesuksesan dengan menggunakan indikator prestasi; sebaiknya adalah kegembiraan dan kepuasan pelanggan).
Pada akhirnya Deming memberikan hal-hal penting berkaitan dengan mutu yang disebut poin Deming:
1.    Ciptakan usaha peningkatan produk dan jasa. Tujuannya bisa bersaing dan tetap menyediakan lowongan kerja.
2.    Adopsi falsafah baru. Realnya dalam metode dan cara kerja baru
3.    Hindari ketergantungan inspeksi massa untuk mencapai mutu.
4.    Akhiri praktek dengan menghargai bisnis dengan harga. Harga mengikuti mutu.
5.    Tingkatkan secara konstan sistem produksi dan jasa untuk meningkatkan mutu dan produktivitas
6.    Lembagakan pelatihan kerja. Tidak tergiur menggunakan tenaga ahli secara cepat.
7.    Lembagakan kepemimpinan
8.    Hilangkan rasa takut
9.    Uraikan kendala-kendala antar departemen
10. Hapuskan slogan, desakan dan target
11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numerik
12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya.
13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan peningkatan kualitas kerja.


Filafat Mutu Juran
            Filsafat mutu Juran lebih dikenal dengan 85/15 atau prinsip 85/15. Angka 85 mengacu pada 85 persen kesalahan ada pada desain proses. Dan bahwa permasalahan merupakan tanggungjawab manajemen karena manajemen memiliki 85 persen kontrol terhadap sistem. Dalam konteks pendidikan adalah bahwa dewan rektor sebagai manejer senior bertugas menyusun visi, prioritas dan kebijakan universitas; manejer menengah, para dekan bertanggungjawab atas jaminan mutu dengan melibatkan diri dalam penyusunan pembelajaran dan secara sistematis memeriksa  serta menyampaikan hasil tersebut kepada tim penyusun; low manajemen, guru, staff beroperasi mendesain karakteristik dan standar program studi. Dengan demikian dapat memenuhi kebutuhan peserta didik.

Filsafat Mutu Crosby
Selain Deming, Crosby menawarkan 14 langkah untuk meraih mutu, yakni:
1.    Komitmen manajemen - management commintment
2.    Membangun tim peningkatan mutu – quality improvement team
3.    Pengukuran mutu – quality measurement
4.    Mengukur biaya mutu – the cost of quality
5.    Membangun kesadaran mutu – quality awareness
6.    Perbaikan  - corrective action
7.    Perencanaan tanpa cacat – zero defects planning
8.    Pengawas – supervisor training
9.    Menyelenggarakan hari tanpa cacat – zero defects day
10. Penyusunan tujuan – goal seating
11. Penghapusan sebab kesalahan – error cause removal
12. Pengakuan - recognation
13. Mendirikan dewan-dewan mutu – quality councils
14. Lakukan lagi –  do it over again


Tanggapan
            Semua komponen dalam pendidikan, baik di tingkat sekolah dasar, menengah dan perguruan tinggi harus terlibat aktif dalam pencapaian mutu sesuai tanggungjawab. Menciptakan sistem merupakan hal sangat penting sebab jika sistem sudah berjalan semestinya maka akan memudahkan di dalam proses dan kontrol, dapat melakukan rekayasa dan hasil dapat di rencanakan.
Sebaliknya jika terdapat kesalahan maka dengan mudah dapat mendeteksi kesalahan dan melakukan perbaikan. Permasalahan utamanya adalah sistem. Bila sistem dapat diciptakan dan berjalan,  seyogyanya mutu dapat diprediksi.

                                                                                                                                        















BAB V
BS5750 DAN ISO9000


Pelanggan membutuhkan jaminan dan kepercayaan bahwa para pemasok memiliki kemampuan untuk memberikan produk atau jasa secara konsisten sesuai dengan mutu yang telah ditentukan

            BS5750 adalah standar mutu Inggris (British Standard) dan  ISO9000 (International Standard)  merupakan dua jenis standaryang mendapatkan perhatian serius dari Eropa dan Amerika. Bahwa kemudian pendidikan berkeinginan menerapkan british standard institution (BSI) merupakan hal baru dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang sama dengan penulis adalah bahwa apakah BS5750 dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dan apakah dapat menciptakan kultur TQM?
            Kedua pertanyaandi atas merupakan dua pertanyaan yang menutut bukti, yakni dapatkah diterapkan dan mencapai mutu. Konsepnya adalah sistem mutu harus dapat menghasilkan produk dan mutu yang konsisten dan meyakinkan. Meskipun kemudian menimbulkan permasalahan metodologis di mana, apakah mutu diarahkan pada hasil atau nilai siswa sebagai produk dari pendidikan? Tentu tidak semata-mata ke situ.
            Maka proses pembelajaranpun dapat dikualifikasikan sebagai ‘produk’. Ini akan berbeda dengan produksi industri. Produksi industri menghasilkan barang dan kemudian di lempat ke pasar, jika cacat, dapat ditarik kembali. Sebaliknya dalam pendidikan, merupakan jasa sehingga dapat terjalin komunikasi antara pelanggan dan penyedia sehingga bisa dapat mengubah mutu jasa yang disediakan.
            Semua guru tahu bahwa tidak ada dua kelas yang identik. Hal ini disebakan oleh pengalaman dan suasana interaksi dalam kelas, laboratorium dan wilayah belajar yang berbeda. Sama sek ali tidak mungkin untuk menyampaikan dan menyeragamkan pengalaman belajar dengan tingkat yang benar-benar sama. Motivasi dan sikap peserta didik merupakan aspek penting dalam mutu pendidikan yang mereka terima.
            Argumentasi di atas kemudian menjadi alasan untuk mempertimbangkan BS5750 maupun ISO9000 atau menolak sambil menunggu standar industri layanan.

Tanggapan
            Seperti argumentasi terhadap dua jenis standar mutu berskala internasional maka memang harus dibedakan antara industri produksi dan industri jasa. Yang pertama manusia kepada barang (objek) dan yang kedua subjek kepada subjek. Barang dapat dibuat sama baik dalam bentuk maupun mutu namun tidak pada manusia. Hal ini juga berkaitan dengan pendekatan dan pengukuran. Andaikan saja, jika hasil ujian (daftar nilai: EBTANAS atau UN) menjadi patokan utama maka hanya ada sedikit orang yang tergolong pintar dan boleh masuk pada sekolah tertentu.
            Bahkan bila dilakukan tinjauan secara sosio-geografis maka tentu akan memunculkan ketimpangan. Jika itu yang diterapkan, dalam konteks Indonesia maka orang di Indonesia bagian Timur yang distigmakan ‘bodoh’ akan semakin meningkat. Mengapa? Ada banyak faktor, faktor IPTEK dan arus informasi yang tidak berimbang menjadi faktor penyebab di antaranya (ambil contoh: dalam konteks jaringan internet, orang Jakarta lasim mendengar kata ‘modem’ dan tahu barang tersebut. Setidaknya dapat mendeskripsikannya. Bagaimana dengan orang Indonesia di belahan lain di Indonesia, apakah juga sama?).
            Bila diterapkan maka, peserta didik bermutu menurut siapa dan di mana. Di sini juga kita diperhadapkan dengan relatifitas dari definisi mutu. Apakah Ujian Nasional mengambil konsep dua standar tersebut? Ada kemungkinan. Sebab soalnya sama dan dibagikan kepada seluruh peserta didik di seluruh Indonesia. Maka kemudian, ini bermutu menurut siapa, bermutu menurut pemerintah pusat dan berdampak negatif pada siswa?. Jika demikian, maka kebijakan pendidikan nasional dan assesmentnya harus ditinjau kembali.
            Sebagai contoh, pernah saya membaca blog dari Reinhad Kasali, Direktur Program Pascasarjana Manajemen UI, ia menceritakan perihal anaknya yang studi di Amerika. Suatu ketika ia diberitahu oleh anaknya bahwa anaknya memperoleh nilai di awal belajarnya. Kasali kemudian menanyakan nilai tersebut ke sekolah anaknya. Intinya mempertanyakan, mengapa anaknya mendapat nilai terbaik. Padahal menurut Kasali anaknya tidak mesti mendapat nilai seperti itu. Sebagai orang tua yang baik tentu senang. Namun Kasali kaget, ketika mendengar penjelasan guru dari anaknya. Bahwa nilai yang diperoleh anaknya itu sesuai dan memang begitu sebab bagi guru tingkat kemampuan anak itu jika di Indonesia itu level terbaik. Gurunya tidak menilai berdasarkan standar Amerika. Bahwa langkah gurunya merupakan langkah untuk mengguide dan memotivasi anak untuk terus belajar.
            Oleh sebab itu, benar bahwa standar industri jasa berbeda dengan standar industri produksi. Industri jasa setidak-tidaknya perlu menyesuaikan diri dengan tempat di dimana di terapkan. Kata kuncinya adalah interaksi dalam konteks industri jasa.






BAB VI
STANDAR MUTU LAINNYA
                                                                                                  
Manajemen mutu merupakan hal yang amat sangat dibutuhkan karena saat ini tidak ada lagi hal yang sederhana, itu pun kalau hal yang sederhana itu pernah ada (Crosby)
            Sebagaimana telah diketahui bahwa standar mutu memiliki peran dalam TQM. Standar tersebut dapat memberikan pesan aktual dan potensial kepada pelanggan bahwa institusi menggunakan mutu secara serius dan bahwa kebijakan-kebijakan dan peyraktek-prakteknya sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional. Ini dapat membangun kebanggaan eksternal di samping membangun kebanggaan internal.
            Pada bab ini disinggung tentang investor in people (IIP) yang diluncurkan sebagai pengembangan dan pelatihan sumber daya manusia. IIP dapat diterapkan melalui empat tahap:
1.    Komitmen formal institusi terhadap standar. Untuk merealisasikan point ini maka disediakan dua alat yang disebt survei manejer – manager survey pada level manejer senior dan survei pekerja – employee survey. Alat ini dipakai manejer senior untuk menilai institusinya.
2.    Proses perencanaan strategi-strategi untuk meningkatkan prestasi institusi. Diperuntukan bagi staff
3.    Kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur dan praktek-praktek.
4.    Evaluasi
Dalam penerapannya di pendidikan, IIP yang semual untuk dunia bisnis dapat diadaptasikan ke dalam dunia pendidikan yakni investasi orang. Dan kemungkinan dapat diterapkan dengan mengembangkan kemampuan staf. Tantangannya adalah adanya kesulitan dari setiap sekolah atau perguruan tinggi yang ingin mengembangkan sumber daya manusia (SDM) staf secara penuh sesuai dengan tujuan-tujuan strategis.
Dicatat bawah IIP tidak menjamin mutu hanya memberikan indikasi bahwa sebuah lembaga dapat mengembangkan sebuah proses manajemen yang sistematis untuk meningkatkan efektifitas dari SDM terbaik yang dimiliki. Juga bukanlah sebuah TQM yang komplit melainkan dapat mengarahkan kepada mutu terpadu.
Sebagai bagian dari kontrol dan pengembangan mutu maka muncullah apa yang dinamakan award (penghargaan).
1.    The Deming Prize diberikan apabila perusahaan dapat menguasai total quality control (TQC) dengan kategori, divisi, pabrik, perusahaan besar, menengah dan kecil. Diterapkan di Jepang
2.    The Malcolm Baldrige Award. Merupakan penghargaan di Amerika setara Deming. Dengan fokus penilaian: kesadaran mutu, pemahaman terhadap syarat-syarat mutu, pemberian informasi tentang strategi-strategi yang jitu dan menguntungkan selama pelaksanaan.
3.    The European Quality Award. Merupakan penghargaan mutu di Eropa dengan fokus penilaian: kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, prestasi bisnis dan pengaruh organisasi terhadap masyarakat
4.    The Citizen’s Charter. Piagam ini diberikan kepada lembaga yang menjaga keunggulan dalam pemberian layanan publik. Prinsip penilaiannya diarahkan pada enam hal: publikasi standar layanan dan prestasi, konsultasi pelanggan, informasi yang jelas tentang layanan, layanan pelanggan yang efisien dan jelas, prosedur pengaduan atau komplain dan pengesahan prestasi yang independen dan komitmen terhadap nilai uang.

Tanggapan
            Harus diingat bahwa penghargaan apapun yang diraih dalam jenis standarisasi apapun tidak berarti sudah menjain keberadaan mutu dengan sendirinya. Ini diperlukan tindakan melakukannya terus menerus. Meskipun demikian, standar mutu eksternal tersebut setidak-tidaknya menegakan kedisiplinan, penilaian eksternal, dan proses yang jelas untuk memperoleh.
Artinya ada keseriusan dari pihak penyelenggara berkaidan dengan mutu. Bahwa ada tujuan dan acuan yang jelas sehingga memiliki nilai publisitas potensial yang luarbiasa dalam institusi dan publik umum. Standar mutu nasional maupun internasional tentu memberikan nilai tambah dan merupakan marketing tidak langsung sebagai bentuk penyampaian pesan perihal mutu.


























BAB VII
BEBERAPA PERTIMBANGAN ORGANISASIONAL


Institusi yang sukses menuju masa depan adalah istitusi yang responsif dan berubah sesuai dengan tuntutan dunia sekitarnya.

Teori Sikus Kehidupan dalam Institusi
            Insitusi pendidikan ada bukan untuk tidak berubah. Lembaga pendidikan akan eksis selama ia dapat meraih tujuan yang bermanfaat. Ia dan lingkungannya berada dalam suatu kondisi perubahan yang konstan dan jika dianalogikan dengan kehidupan biologis maka akan memiliki lingkaran kehidupan atau life cycle yang meliputi formasi, pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan (di tahap akhir dibutuhkan pembaharuan dan revitalisasi).
            Dengan analogi lingkaran kehidupan, pendidikan harus siap dengan berbagai tantangan dan kegagalan dan dan tentu akan berimbas pada institusi. Di sinilah dibuthkan TQM pada prinsip perencanaan jangka panjang yang strategis dan keterlibatan karyawan dalam upaya peningkatan yang berkesinambungan. Jika terjadi, maka akan memberikan efek positif sehingga dengan demikian dapat menghadapi perubahan-perubahan dalam setiap tahapan.

Fase pertama: kelahiran dan formasi institusi.
            Institusi yang baru lahir membutuhkan strategi untuk memperoleh pengakuan dan dukungan. Di fase ini harus mencari pola yang pas di pasaran sebagai bagian dari penemuan pelanggan. Jika mutu baik di mana pelanggan puas maka dengan sendirinya akan menemukan pelanggannya. Jika berhasil di fase ini maka tidak terasa sulit untuk memasuki fase kedua.

Fase kedua: pertumbuhan dan perkembangan. Dalam fase ini, akan menghadapi berbagai tantangan. Di fase ini dibutuhkan keyakinan bahwa institusi akan berkembang. Jika dipetakan maka masalah-masalah di tahap ini meliputi: bagaimana mengatasi tuntutan peningkatan layanan pelanggan, ketidakmampuan pendelegasian tugas, etos kerja karyawan yang rendah akan menjadi penyebab kegagalan. Sebab itu di tahap ini pun hubungan personal harus dibangun sebagai tindakan terencana yang berkesinambungan untuk memperluas hubungan dengan pelanggan.

Fase ketiga: kedewasaan. Fase kedewasaan juga dapat menjadi salah satu bentuk fase pembaharuan jika institusi terkait mengadopsi pesa mutu terpadu dan mengembangkan strategi-strategi untuk beradaptasi dan menemukan cara yang tepat untuk menjaga hubungan dengan palanggan. Ini fase dinamis di mana ekspansi dapat terjadi. Untuk menjaganya, maka tujuan-tujuan institusi harus dievaluasi demi kontinuitas keberhasilan lembaga.
Dalam catatan TQM seputar struktur maka TQM tidak menjanjikan struktur baku versi TQM. Ini berarti tidak ada struktur baku. Dengan kata lain struktur yang diterapkan harus sesuai disesuaikan untuk mempermudah proses TQM. Institusi yang mengembangkan TQM harus bersedia menghilangkan sistem hirarki dan menggantinya dengan sistem yang sejajar. Prinsip dalam menciptakan struktur ala TQM adalah bentuk yang sederhana, ramping, dan dibangun di dalam tim kerja yang kuat.
Dalam TQM , struktur mengikuti proses:
1.    Optimisasi unit
2.    Penjajaran vertikal. Dengan catatan setiap anggota harus mengerti strategi institusi, visi, misi tetapi tidak harus detail mengetahui tujuan.
3.    Penjajaran horizontal. Catatan: harus menghilangkan kompetisi antar unit dan divisi, departemn, dll
4.    Satu komando pada setiap proses. Dilihat pada proses kunci, baik kurikulum, pastoral, maupun administrasi harus dirancang dan diorganisir sehingga setiap proses ada di bawah satu komando

Tanggapan
Kalimat kunci insitusi adalah bahwa Institusi yang sukses menuju masa depan adalah istitusi yang responsif dan berubah sesuai dengan tuntutan dunia sekitarnya.  Dengan kata lain tidak ada perubahan tidak ada pertumbuhan (hasil) dan pengembangan atau ekspansi. Dan akan diindikasikan sebagai institusi yang kerdil, membengkak (tidak ramping). Sehingga antara jumlah atau volume job seimbang dengan jumlah pekerja sehingga institusi tidak membengkak dan berimbas pada over cost.
Prinsip TQM berkaitan dengan struktur harus diperhatikan sehingga struktur tidak membengkak dan pada akhirnya melahirkan birokrasi yang rumit. Pada akhirnya berimbas pada layanan customer. Meniadakan yang tidak harus ada dan mengadakan yang mutlak harus ada.
Ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengoperasian Total Quality Management, pertama Perbaikan secara terus menerus, kedua menentukan standar mutu, ketiga perubahan kultur, keempat perubahan organisasi, kelima mempertahankan hubungan dengan pelanggan.
Untuk keberhasilan penerapan Manajemen Mutu Terpadu memang tidak mudah, diperlukan komitmen dan kerjasama yang baik antara departemen terkait, antara departemen pusat dengan departemen pendidikan di daerah serta institusi pendidikan setempat sebagai pihak yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kejelasan secara sistemik dalam memberikan kewenangan antar institusi terkait.
Jika manajemen ini diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada dengan segala dinamika dan fleksibilitasnya, maka akan menjadi perubahan yang efektif bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.
Buku terjemahan karya Edward Sallis ini sangat layak dikonsumsi oleh para praktisi dan pemerhati pendidikan maupun pengguna jasa pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Saya sendiri merekomendasikan buku ini sebagai bacaan wajib bagi siapa saja yang berkecimpung di dunia pendidikan, walaupun pada dasarnya buku ini bisa dibaca oleh semua kalangan karena pada dasarnya industri pendidikan telah memasuki semua ranah kehidupan bangsa.


























BAB VIII
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN MUTU


Kepemimpinan adalah unsur penting dalam TQM. Pemimpin harus memiliki visi dan mampu menerjemahkan visi tersebut ke dalam kebijakan yang jels dan tujuan yang spesifik.


Pemimpin Pendidikan
            Mutu terpadu merupakan sebuah gairah dan pandangan hidup bagi organisasi yang menerapkannya. Peters dan Austin dalam penelitian mereka telah menunjukkan suatu keyakinan bahwa yang menentukan mutu dalam sebuah institusi adalah kepemimpinan. Mereka berpendapat bahwa gaya kepemimpinan tertentu dapat mengantarkan institusi pada revolusi mutu. Gaya tersebut diakronimkan dengan MBWA (management by walking about atau manajemen dengan melaksanakan).
            Agar dapat merealisasikan keunggulan maka tidak cukup dari balik meja melainkan kehadiran pemimpin dan pemahaman  terhadap karyawan dan proses insititusi menjadi undur terpenting dari MBWA. Hal yang harus dikomunikasikan adalah visi dan nilai-nilai institusi pada pihak lain dengan cara berbaur dengan para staf dan pelanggan.
            Dalam konteks kepemimpinan pendidikan, pemimpin pendidikan membutuhkan perspektif-perspektif berikut ini:
a.    Visi dan simbol-simbol. mengkoomunikasikan secara kontinua  nilai-nilai institusi .
b.    MBWA adalah gaya kepemimpinan yang dibutuhkan bagi sebuah institusi.
c.    Untuk para pelajar, istilah ini sama dengan dekat dengan para pelanggan dalam pendidikan.
d.    Otonomi, eksperimentasi dan antisipasi terhadap kegagalan.
e.    Menciptakan rasa ‘kekeluargaan’. Ini harus terjalin antara pelanggan internal dan eksternal
f.     Ketulusan, kesabaran, semangat, intensitas dan antusiasme.
Ini berarti tanpa kepemimpinan semua level dalam institusi dan proses peningkatan mutu tidak akan tercapai.

Mangkomunikasikan Visi
            Ini hal penting dan tidak boleh diabaikan. Manejer senio harus memberikan arahan, visi dan inspirasi. Dalam budaya organisasi TQM, seluruh manejer harus menjadi pemimpin dan pejuang proses mutu. Ini membutuhkan keterampilan komunikasi sehingga visi dapat dikomunikasikan dan diturunkan ke bawah. Dan bahwa harus ada perubahan mentalitas dari saya adalah ‘bos’ menjadi pendukung dan pemimpin staf. Fungsi pemimpin adalah mempertinggi mutu dan mendukung para staf yang menjalankan roda mutu.
            Oleh karena itu, pemimpin memiliki peran dalam mengembangkan sebuah  budaya mutu. Fungsi kepemimpinan pendidikan adalah:
1)    Memiliki visi mutu terpdu bagi institusi
2)    Memiliki komitmen yang jelas terhada proses peningkatan mutu
3)    Mengkomunikasikan pesan mutu
4)    Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebijakan dan praktek institusi
5)    Mengarahkan perkembangan karyawan
6)    Berhati-hati dengan tidak menyalahkan orang lain
7)    Memimpin inovasi dalam institusi
8)    Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas dan mampu mempersiapkan delegasi secara tepat
9)    Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan, baik yang bersifat organisasional maupun kultural
10) Membangun tim yang efektif
11) Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.
Selain yang menyangkut pemimpin pendidikan dalam tugas pokoknya maka pemimpin dalam pendidikan harus mampu membercayakan guru dan memberi mereka wewenang yang luas untuk meningkatkan pembelajaran para pelajar (learning to learn).

Tanggapan
Kendala peningkatan mutu pendidikan ini, perlu di teliti dan di cermati agar kelak bangsa Indonesia dapat meningkatkan mutu pendidikan dengan lancar dan dapat bersaing di Era Globalisasi. Sallis melalui buku ini Total Quality Management in Education menyebutkan, kondisi yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam sumber, yaitu miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian system dan prosedur (manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya sumber daya, dan pengadaan staf.
Karena itu kepemimpinan pendidikan memiliki tugas:
a.    Membantu masyarakat untuk menetapkan tujuan pendidikan, meliputi:
1)    Mencari penjelasan mengenai nilai-nilai yang dijadikan pegangan dalan pendidikan;
2)    Mencari dasar yang rasional untuk kesepakatan dalam tujuan dan cara untuk mencapainya;
3)    Mencari dasar rasional untuk persamaan pendapat mengenai peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan dari masyarakat.
b.    Memperlancar proses belajar mengajar sehingga lebih efektif;
c.    Menyusun kesatuan organisasi yang produktif;
d.    Mengkreasikan iklim perkembangan dan kesempatan    tumbuhnya kepemimpinan;
e.    Menyediakan sumber-sumber yang baik untuk mengajar yang efektif.
Pemimpin dalam pendidikan harus tahu memberdayakan bukan memperdaya para guru. Bila guru dapat diberdaya secara professional maka:
1)    Guru-guru akan merasa bahwa suasana sekolah memungkinkan kreativitas, percobaan/penelitian, dan penjabaran kecakapan dan bakat masing-masing.
2)    Guru-guru yang menghadapi kesulitan dalam mengajar akan merasa bebas untuk meminta bantuan.
3)    Bantuan yang diberikan memiliki tujuan merealisasikan integritas program sekolah.
4)    Kepercayaan akan diberikan kepada kepemimpinan yang muncul/tumbuh.























BAB IX
KERJA TIM BAGI MUTU


Kerja tim dalam sebuah organisasi merupakan komponen penting dari implementasi TQM mengingat kerja tim akan meningkatkan kepercayaan diri, komunikasi, dan mengembangkan kemandirian – John S. Oakland.

            Sebuah organisasi yang terlibat dalam TQM akan memperoleh manfaat dengan memiliki tim-ti yang efektif di semua tingkatan. Dalam beberapa sektor pendidikan, tim telah dikembangkan sebagai unit dasar dari penyampaian kurikulum. Dengan demikian pendidikan memiliki sebuah awal yang baik mengingat kerja tim adalah sebuah fakta yang sudah terbukti berhasil. Meskipun demikian, dalam penerapannya kerja tim hanya dibatasi pada fungsi kurikulum dan manajemen.
            Dalam penegakan TQM, tim tidak hanya berfungsi menjalankan sebuah tugas tertentu melainkan untuk mencapai proyek yang spesifik. Proyek ad hoc dan berjangka pendek serta tim peningkatan merupakan elemen kunci dalam meningkatkan mutu.  Dengan melibatkan jumlah maksimum orang dalam proses mutu terpadu maka sebuah tim  memiliki nilai tambahan. Tim yang dibentuk dapat menjadi motor penggerak dan saling melengkapi.
            Ini berarti mutu digerakan oleh sekelompok tim yang memang didesain untu menyelesaikan masalah, meningkatkan proses yang sudah ada atau merancang proses baru. Dalam merancangkan proses dan menjalankan proses maka harus diperhatikan agar memberikan manfaat bagi pelanggan

Tim sebagai dasar bangunan mutu
            Peningkatan mutu adalah sebuah kerja keras dan mendapatkan dukungan semua pihak merupakan pendekatan terbaik. Miller, Dower dan Inniss dalam Strategic Quality Managemet (SQM) menjadikan tim penyusun mata pelajaran sebagai dasar bangunan yang penting untuk menyampaikan mutu dalam pendidikan. Tim tersebut berfungsi untuk:
a.    Bertanggungjawab pada mutu pembelajaran
b.    Bertanggungjawab pada pemanfaatan waktu para guru, material serta ruang yang dimanfaatkan
c.    Menjadi sarana untuk mengawasi, mengevaluasi dan meningkatkan mutu
d.    Bertindak sebagai penyalur informasi kepada pihak manajemen tentang perubahan-perubahan yang diperlukan dalam peningkatan mutu.
Tim adalah cara yang solid untuk membuat perubahan dan tidak hanya sebatas menjadi instrumen pengumpulan data melainkan menggunakan data tersebut untuk meningkatkan kesempatan-kesempatan bagi pelajarnya.
Tim yang efektif adalah tim yang:
1.    Membutuhkan peran anggota yang telah didefinisikan secara jelas
2.    Membutuhkan tujuan yang jelas
3.    Membutuhkan sumber daya dasar untuk beroperasi
4.    Mengetahui tanggungjawab dan batas-batas otoritasnya
5.    Memerlukan rencana kerja
6.    Membutuhkan seperangkat aturan untuk kerja
7.    Menggunakan alat-alat yang tepat untuk mencapai masalah dan menemukan solusi.
8.    Mengembangkan sikap tim yang baik dan bermanfaat.

Lingkaran Mutu
            Mutu bagi sebagian orang sinonim dengan lingkaran mutu. Sebab lingkaran mutu merupakan ciri penting dari metode kontrol mutu terpadu (TQC). Filosofi TQC sebenarnya merupakan perpaduan teori Deming dan lingkaran mutu. Namun teori ini lebih berhasil di Jepang daripada negara asalnya, Amerika.

Lingkaran Mutu


 



























Kepemimpinan




























 tim kerja












Strategi












                  Pengalaman







                   Pelajar













motivasi







kerja




sistem



























Evaluasi


alat-alat







mutu













































BAB X
ALAT DAN TEKNIK
PENINGKATAN MUTU    
                                                                                            

Para pendidik harus belajar dalam menggunakan dan menafsirkan strategi dasar yang sering digunakan untuk peningkatan mutu.


Strategi dan Alat-alat Dasar
            Untuk mencapai perbaikan mutu, tim-tim dalam institusi pendidikan harus dan perlu mengarahkan filosofi TQM kepada dataran yang lebih praktis. Alat dan teknik mutu adalah media untuk dapat mengidentifikasikan dan memecahkan persoalan secara kreatif. Salah satu aspek terpenting TQM adalah mengumpulkan sejumlah alat-alat yang bermanfaat mengimplementasikan konsep yang sudah ditentukan.
            Meskipun demikian kekuatan alat yang dijamin sejauh digunakan secara teratur. Alat yang sudah biasa digunakan adalah brainstorming. Yang terpenting di sini adalah menemukan alat untuk menyelesaikan pekerjaan.

Brainstorming
            Brainstorming merupakan alat ideal TQM. Efek dari alat ini adalah meningkatkan kreatifitas dan mengembangkan ide-ide atau isu-isu secara cepat. Sebab mampu membuat para staf berdaya cipta dan terbebas dari segala bentuk tekanan. Meskipun demikian alat ini bukan alat analisis.
            Prinsip dari brainstorming adalah
a.    Harus benar-benar memahami brainstorming
b.    Menetapkan seseorang untuk mencatat ide-ide nyata
c.    Mendata semua ide yang muncul
d.    Tidak mendiskusikan atau mengkritik ide-ide
e.    Membangun ide berdasarkan ide-ide sebelumnya.
Brainstorming bisa dapat dilakukan dalam bentuk aktivitas yang terstruktur atau tidak terstruktur. kegiatan terstruktur adalah kegiatan yang melibatkan setiap anggota dalam memberikan dan memunculkan ide. Kegiatan tidak terstruktur secara sederhana mempersilahkan setiap orang untuk mengekspresikan ide-idenya seperti yang ada dalam pikirannya. Metode ini memang merangsang kreatifitas namun bagi anggota-anggota yang  vokal pasti akan memegang kendali. Baik terstruktur maupun tidak, tidak boleh lebih dari 10-15 menit.

Tanggapan
Brainstorming digunakan untuk mengetahui apa akar penyebab terjadinya masalah. Brainstorming adalah cara untuk memacu pemikiran yang kreatif guna mengumpulkan ide-ide dari suatu kelompok dalam waktu yang relatif singkat terutama untuk pemecahan masalah.
Beberapa gagasan untuk meningkatkan hasil teknik ini adalah:
a.    Masalah harus spesifik. Jika masalah terlalu luas, maka masalah tersebut harus dipilah menjadi beberapa masalah kecil.
b.    Peserta curah pendapat/brainstorming harus diseleksi dengan hati-hati. Orang dengan keahlian dalam bidang ini maupun yang tidak berpengetahuan sama sekali harus dilibatkan.
c.    Kelompok tersebut harus cukup besar untuk menghasilkan gagasan-gagasan tapi tidak terlalu besar untuk dikelola.
Sebelum sesi dimulai pertama-tama peserta diberi briefing mengenai masalah yang akan dibrainstormingkan. Sesi yang sesungguhnya harus dilakukan dengan minimal 4 aturan dasar brainstorming dengan bantuan fasilitator. Aturan dasar tersebut:
a.    Tidak ada kritik ataupun kecaman.
b.    Mendorong pemikiran yang tidak terbatas.
c.    Cari sebanyak mungkin gagasan dari banyak orang.
d.    Gabungkan gagasan yang ditawarkan oleh orang yang berbeda-beda. Keunggulan teknik ini adalah:
Ø  Menciptakan kesempatan seluas-luasnya bagi ide-ide kreatif.
Ø  Memfasilitasi lingkungan dimana para individu merasa tidak terancam.
Ø  Dapat membuka jalan baru untuk memecahkan masalah-masalah lama.

Kelemahan dari teknik ini antara lain:
Ø  Ada kemungkinan sulit untuk menunjukkan masalah.
Ø  Keengganan berpartisipasi/takut akan celaan atau komentar yang negatif.
Ø  Kecaman selama sesi berlangsung.
Ø  Penghindaran masalah memerlukan judgment nilai.
Ø  Kesulitan dalam memilih macam masalah.
Ide-ide yang telah terkumpul dari brainstorming sering digunakan pada piranti lain guna analisis selanjutnya.

















BAB XI
PERENCANAAN
STRATEGIS MUTU


Jika kita sepakat bahwa TQM adalah sebuah perubahan kultur berjangka panjang maka harus direncanakan.

Perencanaan Mutu
            Mutu tidak terjadi begitu saja atau dengan kata lain “mutu tidak akan jatuh dari langit”. Ia harus direncanakan dan menjadi bagian penting dari strategi institusi secara sistematis. Atau perencanaan yang strategis dan sistematis (bagaimana jika strategis tetapi tidak sistematis atau sistematis tetapi tidak strategis).
            Dalam hal ini, kekuatan TQM terletak pada perencanaan jangka panjang yang jelas, terstruktur, sistematis guna mencapai mutu. Dalam pemikiran Deming (14) adalah menciptakan tujuan secara konstan. Hal ini dapat diterawang melalui visi yang terejawentahkan dalam perencanaan strategis. Dengan demikian kesuksesan dapat diramalkan.

Manajemen Mutu Strategis
            Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas-prioritas jangka panjang dan perubahan institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Sallis menekankan bahwa tanpa perencanaan strategis tidak mungkin isntitusi dapat memanfaatkan peluang-peluang baru.

Bagan pada halaman berikutnya





Proses perencanaan Strategis


Text Box: Misi dan Visi
Apa tujuan kita?
Apa visi, misi dan nilai-nilai kita?

Kebutuhan pelanggan/pelajar
Siapakah pelanggan kita?
Apa yang diharapkan pelanggan dari kita?
Apa yang dilakukan untuk memenuhi harapan pelanggan?
Apa yang dibutuhkan para pelajar dari institusi?
Metode apa yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan/pelajar?

Jalan Menuju Sukses
Apa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi kita?
Faktor-faktor apa saja yang penting bagi kesuksesan kita?
Bagaimana cara kita mencapai kesuksesan?
 













Text Box: Mutu
Apa standar yang akan digunakan?
Bagaimana kita menyampaikan mutu?
Biaya apa yang harus kita keluarkan untuk mutu?

Investasi Sumber Daya Manusia
Apa yang seharusnya kita lakukan terhadap para staf kita?
Apakah kita sudah cukup berinvestasi pada sumberdaya staf dan pengembang staf?

Mengevaluasi Proses
Apakah kita memiliki proses tertentu dalam menghadapi sesuatu yang salah?
Bagaimana kita tahu bahwa kita telah sukses?


Edward Sallis









Baik proses perencanaan strategis maupun Sallis menekankan tentang perencanaan strategis yang sistematis. Hal ini tentu akan memudahkan dalam pengukuran mutu atau ukuran sukses.

Tanggapan
Dalam Pengembangan institusi  atau rencana strategis, kita harus memperhatikan dan memberikan perhatian pada:
Visi. visi jangka panjang dari institusi  dan memberi konteks  dimana program dapat dilaksanakan. Ini mendefinisikan pasar dan budaya yang diharapkan. Ini adalah penting untuk mengembangakn pelayanan yang berkualitas karena hanya perencanaan yang dapat memberikan perspektif  jangka panjang sehingga penting di dalam pemberian layanan kualitas secara terpadu.
Kebijakan kualitas. Ini mempersiapkan standard untuk program-program  utama dan bisa berisi statemen dari penamaan pembelajar. Kebijakan ini adalah statemen umum dari komitmen  insitusi kepada kustomernya, baik internal maupun eksternal.
Tanggungjawab manajemen. Ini menyusun peran dari lembaga yang memerintah, dan tim manajemen  senior  dan tanggung jawabnya. Ini mendefinisikan dimana anggota dari  tim senior  memikul jabatan kualitas.
Pengorganisasian kualitas. Garis besar ini meliputi tanggung jawab dari kelompok pengarah kualitas, representasi dan pertanggung jawaabannya. Badan ini diperlukan  untuk mengarahkan permulaan kualitas, mengatur  transformasi budaya,  mendukung inisiatif di dalam departemen dan untuk memonitor perkembangan inisiatif.
Pemasaran dan publisitas. Sebuah institusi harus memberikan potensi yang dimiliki kustomer dengan informasi tentang apakah  itu  memajukan  program-program belajar. Informasi ini perlu untuk menjadi terdokumentasikan secara jelas dan pasti.  Cara pemasaran bisa menggunakan leaflet, brosur, dan sebagainya, harus jelas dan akurat dan diperbaharui secara reguler.
Pelahiran kurikulum. Ini adalah tingkatan dimana  sistem adalah vital. Metode belajar perlu diatur sedemikian rupa sehingga  dan diikuti untuk setip aspek program. Jenis informasi yangperlu  menjadi bagian  dari ini, antaralain: silabus, kepatuhan, skema kerja,  pencatatan kerja, pencatatan penilaian, rencana tindakan, dan pencatatan prestasi.  Pencatatan kesalahan dan kinerja rata-rata berikutnya dan tindakan  yang benar harus didokumentasikan.
Manajemen pembelajaran. Proses aktual dari kurikulum dan manajeme n program  perlu  dispesifikasi, termasuk ranacangan  untuk teamwork.  Aturan di dalam tim, tanggung jawab dan tingkat otoritasnya juga  dapat  jabarkan.  Laporan dari penguji eksternal,  moderator dan  pemverivikasi akan memberikan  bukti-bukti  penting, dimana terdapat kualitas manajemen belajar.
Desain kurikulum. Termasuk dokumentasi maksud  dan tujuan setiap program, dan spesifikasi  program. Spesifikasi program dapat mengambil bentuk silabus atau  dokumen kurikulum yang valid.  Apa yang perlu di dalamnya,  dimana yang relevan, adalah keterangan  yang diperlukan dari program dan sunber-sumber dapat diberikan.  
Monitoring dan evaluasi. Putaran umpan balik  adalah vital untuk penilaian dan penegasan kualitas. Sistemn kualitas perlu dokumen mekanisme evaluasi bahwa institusi  memiliki tempat untuk memonitor prestasi  individual dan kesuksesan program-programnya. Partisipasi pembelajar di dalam penilaian perkembangan dan pengalamannya dari program  adalah elemen penting  di dalam evaluasi.  Metode yang dipakai harus  termasuk pencatatan prestasi, review pertemuan, kuesioner dan audit internal. Apa saja metode yang dipakai harus cocok dengan proses.
Dengan demikian mutu bukan lagi menjadi khayalan melainkan benar-benar berada di depan mata, demikian kata Sallis. Di sini kembali ditekankan bahwa mutu tidak akan terjadi dengan sendirinya alias jatuh dari langit melainkan harus melakukan perencanaan strategis sistematis terukur atau akurat terhadap mutu.




CACATAN AKHIR

Tentang Buku ini dan Edward Sallis
            Buku ini merupakan sebuah hand book yang telah digunakan banyak orang dan telah memberikan banyak informasi dengan memperkenalkan filosofi TQM dalam dunia pendidikan. Sallis dengan teliti melampirkan point-point penting dari pemikiran Deming, Juran, Shewhart dalam buku ini. Sehingga informasi yang diperoleh secara lengkap ada di dalamnya. Yang diawali dari pemaparan tentang latarbelakang lahirnya mutu, konsep mutu, pemikiran Deming, Juran dan Shewhart. Yang menarik adalah Sallis mencoba memberikan benang merah antara TQM dan TQM dalam konteks pendidikan Kristen.
            Selanjutnya Sallis mengemukakan standar-standar mutu bertaraf internasional beserta jenis-jenis penghargaan seputar mutu. Obyektifitas Sallis terlihat ketika ia tidak hanya menawarkan TQM dalam bukunya namun juga memperkenalkan prinsip pencapain mutu dengan cara yang lain. Ia juga mengetengahkan langkah-langkah membuat penilaian atau evaluasi bahkan analisis. Dan menguncinya dengan kepemimpinan mutu.
            Bahasa yang lugas mewarnai pemaparannya sehingga buku yang terkesan teknis dapat tersaji dengan baik dan dipahami dengan baik pula. Ini sebuah seni mengelola bahasa teknis.
            Akhirnya yang tidak kalah pentingnya adalah, Pdt. Dr. Sentot Sadono, M.Th dengan jeli memilih dan memilah sumber bacaan bagi mahasiswa program doktoral. Sehingga benar-benar menjadi sumber informasi standar dalam pengembangan strategi, mutu dan kepemimpinan dalam dunia pendidikan.


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>Veritas est adequotio intelectum>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Pendidikan (Ringkasan dari buku Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si)

Psikologi Pendidikan Kristen (Sentot Sadono)