Tafsir Kejadian 1:1,2
## Penciptaan
(Kejadian 1-2).
Untuk tema penciptaan, mari kita lihat creation ex nihilo dan creation secunda. Creatio ex nihilo berkaitan dengan penciptaan alam semesta
sedangkan creation secunda dipahami
dalam konteks penciptaan manusia. Selain kedua creatio ini masih ada beberapa creation,
yakni:
1. Pro Creatio : kelahiran manusia melalui pernikahan
2. Creatio Tertia : Allah menciptakan diri-Nya menjadi manusia menjadi
Juruselamat
dunia.
3. Creatio Quartia : Kematian Yesus di kayu salib. Allah menjadikan
Yesus sebagai
Imam
Besar Yang agung dan mati sebagai ganti manusia berdosa.
4. Creatio Pentalania : manusia dijadikan baru oleh Roh Kudus,
dikembalikan menjadi
gambar Allah dan diberikan tugas baru
sebagai penatalayan kasih karunia Allah.
6. Creatio nihil fit : dari semula tidak terjadi apa-apa
## Creatio ex nihilo
Creatio ex nihio
merupakan istilah latin yang digunakan untuk menggambarkan tentang penciptaan
alam semesta oleh Allah, yang ditandai dengan diciptakannyalah alam semesta dan
isinya dengan dabar elohim (kecuali
manusia). Menarik untuk menyimak dua
istilah yang digunakan dalam tata bahasa Ibrani berkaitan dengan penciptaan. Kata kerja menciptakan dapat ditemui dalam dua
istilah Ibrani yakni bara dan asa. Kata kerja bara merujuk pada konsep creatio
ex nihilo. Kata kerja ini kemudian diikuti dengan Kata Benda jamak maskulin
elohim. Bara elohim menunjukkan bahwa elohim
bertindak sebagai sebjek yang
mencipta dari tidak ada menjadi ada dengan dabar
elohim. Keberadaan objek ditandai
oleh eksistensi subjek yang ada
terlebih dahulu (Kejadian 1:1). Bersyit
bara elohim mengangkat ke permukaan pemahaman manusia tentang kekekalan elohim yang tak
bermula dan tak berakhir. Dalam
frase beresyit bara elohim, kata
benda jamak maskulin elohim muncul
sebagai penentu keberadaan atau eksistensi
“objek-objek”. Di sini elohim berada
pada poros causa prima. Artinya
secara teologis elohim berbeda dengan
ciptaan-Nya sehingga menolak pantheisme.
Sedangkan kata asa
yang artinya juga mencipta, dapat
ditemui dalam teks Keluaran 20:11 “Dalam waktu enam
hari, Aku, TUHAN, membuat bumi,
langit, lautan, dan segala yang ada di dalamnya, tetapi pada hari yang ketujuh
Aku beristirahat. Itulah sebabnya Aku, TUHAN, memberkati hari Sabat dan
mengkhususkannya bagi diri-Ku (BIS). Kata
kerja asa memiliki pengertian yang
berbeda dengan bara. Di sini kita
memang tidak membedakan kedua kata kerja ini. Sebab bukan tanpa alasan kedua
kata ini tidak dibedakan. Kedua kata ini apabila dibedakan dan tidak dibedakan
sama-sama memiliki imlpikasi teologis dan doctrinal (penciptaan). Implikasi
teologis yang muncul bila tidak membedakan kedua kata kerja ini adalah menolak teori kesenjangan sebaliknya
bila menyamakan kedua kata kerja ini berarti ada rujukan kepada teori kesenjangan.
Teori
kesenjangan menempatkan periode waktu yang panjang antara Kejadian 1:1 dengan 1:2. Mengenai
teori kesenjangan bahwa ada konflik atau kekacauan. Teori ini difokuskan pada
frasa “tohu wabohu” di ayat 2 dari
kitab Kejadian. Tesis dari teori kesenjangan adalah bahwa frasa “tohu wabohu” terjadi pada waktu
kejatuhan Lucifer. Bila mengikuti alur pikir hipotesis dari teori ini maka
Kejadian 1: 2 merupakan penciptaan kedua. Langit dan bumi ciptaan pertama telah
hancur akibat kejatuhan Lucifer yang menyebabkan khaos. Harus ditolak bahwa
allah berperang dengan Lucifer.
Sekalipun demikian bahwa ayat 2 merupakan bukti penataan kembali, toh
tetap prinsip cratio ex nihilo masih
terjamin.
Mengenai
teori ini, baiklah kita memulainya dari
Kejadian 1. Pasal 1: 1 dari buku Kejadian mencatat bahwa “padamulanya Allah
menciptakan langit dan bumi”. Dalam teks Ibrani untuk ayat 1 tidak menggunakan
kata sandang “ha”. Teks tidak berbunyi “ha
beresyit” melainkan “beresyit“.
Maka dalam bahasa Inggris jika diterjemahkan tidak berbunyi “in the beginning” melainkan “in a beginning”. Sehingga tidak
diterjemahkan “pada mulanya” melainkan “mulanya”. Ini juga yang diusulkan oleh
Gerrit Singgih dalam komentarnya terhadap tulisan Van Wolde. Ini juga bukan
berarti ‘permulaan di dalam waktu” tetapi “permulaan waktu”. Allah mengatasi
ruang dan waktu. Sebelum penciptaan (juga ayat 1 dari Kej. 1) Allah telah ada.
Keber-ada-an Allah tidak dalam keber-ada-an ruang dan waktu. Ia lepas dari
ukurun tersebut.
Memperhatikan teks
Kejadian 1:1maka ada beberapa usulan yang dikemukakan oleh para pakar Perjanjian Lama, yakni :
Pertama, “menganggap ayat 1 sebagai kalimat independen yang
merupakan sebuah pernyataan teologis, dan pernyataan ini tidak berhubungan
dengan ayat-ayat 2 dan 3: “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”.
Pendapat ini sudah jelas tidak memperhatikan keterkaitan dari ketiga ayat di
atas.
Kedua, menganggap ayat 1 sebagai klausa temporal : Pada
permulaan penciptaan, ketika Allah menciptakan langit dan bumi”. Dengan
demikian pernyataan utama yang pertama berada pada ayat 2: “Bumi tidak
berbentuk dan kosong”.
Ketiga, setelah ayat 1 dilihat sebagai clausa temporal,
seluruh ayat 2 dapat dilihat sebagai anak kalimat yang menerangkan tentang
khaos: “Bumi belum berbentuk dan kosong...dan ada angin besar yang bertiup di
atas permukaan air”. Pernyataan utama yang pertama berada pada ayat 3: “Allah
berfirman, biarlah ada terang” (disadur dari tulisan Prof. Gerrit Singgih dalam
pengguhan guru besarnya di UKDW—19 Januari 2005). Bila memperhatikan pendapat
Robert Davidson yang dikutip oleh Gerrit Singgih adalah benar. Sebab memang
teks berkata demikian. Ayat 1 berbunyi “padamulanya Allah menciptakan langit
dan bumi”. Sedangkan ayat 2 berbunyi sebaliknya “bumi belum berbentuk …”. Kita
dapat memahami ayat 1 sebagai teks yang independen, itu bole-boleh saja asalkan
tidak memahami lepas dari kesatuan teks dan dalam konsep “creatio ex nihilo”.
Kalau memahami ayat 1 sebagai teks independen maka seperti yang dikatakan
Davidson bahwa kita harus menganggapnya sebagai klausa temporal sehigga
pernyataan utama berada pada ayat 2 “bumi belum berbentuk dan kosong”. Ini akan
menekankan tentang ‘chaos atau kekacauan”. Ini juga menghantar kita pada dua
pendekatan terhadap teks Kejadian 1:1-2:4a, yakni “memahaminya dalam konsep
creatio ex niho atau sebaliknya”. Kalau mengikuti usulan dari Gerrit Singgih
dengan terjemahan “in a begining----semula, ketika Allah menciptakan langit dan
bumi—Kej. 1:1” maka kemungkinan besar konsep creatio ex nihilo harus kita lupakan dengan memfokuskan penelitian
kita pada ayat 2 “bumi belum berbentuk dan kosong”. Artinya menekankan tentang
konsep “chaos atau kekacauan”. Namun ada pertanyaan yang muncul, sama seperti beberapa pakar
Perjanjian Lama, yakni siapakah yang menyebabkan adanya chaos? Allah tidak
harus berperang dengan kuasa-kuasa lain. Kalaupun ada chaos janganlah kita
memikirkannya terpisah dari prinsip creatio ex nihilo.
Gerrit
Singgih mengartikan frasa tohu wabohu
sebagai “padang
belantara “ (dalam orasi ilmiah pengukuhan guru besar---19 Januari 2005).
Sebuah argumentasi yang cukup menolong kita untuk memahami chaos atau frasa tohu
wabohu.
Untuk
memahai hal ini referensi ke dalam Kej 1 harus dibedakan dari bagian-bagian
lain dari Perjanjian Lama yang mengemukakan mengenai kekuatan-kekuatan alam
yang dipersonifikasikan sebagai monster, seperti Rahab dan Lewiatan. Di sini
alam bersifat tenang dan pasif. Allah tidak usah berperang melawan kuasa-kuasa
ini dalam sebuah pertempuran. Memang betul alam di sini tidak dinampakkan
sebagai bergolak (kecuali kalau kita menerima bahwa samudera raya normalnya
bergolak seperti versi TB-BIS dan ruakh elohim sebagai angin ribut bukan angin
sepoi-sepoi seperti tafsiran sebagian orang di bawah ini). Namun hal ini tidak
menyangkali bahwa tehom (bersama-sama dengan khosyek dan hamayim) termasuk ke
dalam khaos oleh karena dalam konteks Kej 1:1-3, unsur-unsur ini tidak
merupakan bagian dari karya penciptaan Allah, melainkan mendahului penciptaan.
Jadi pemikiran Davidson, van Wolde dan Westermann nampaknya mengikuti alur
pemikiran yang demikian : khaos adalah seperti yang digambarkan dalam
kisah-kisah Asia Barat Daya kuno dan beberapa bagian dari Perjanjian Lama
(yaitu misalnya Mzm 74, 89, 104 dan Yes 51), yaitu kuasa-kuasa kegelapan yang
mempunyai kekuatan besar tertentu,[36] dan harus ditaklukkan oleh Allah dalam
sebuah pertempuran (Jer: “Chaoskampf”) mengikuti model penciptaan melalui
konflik. Tetapi karena di dalam Kej 1 unsur-unsur alam tidak digambarkan
seperti itu maka itu bukan khaos, dan dengan demikian terbuka jalan untuk
memahami Kej 1 sebagai memuat prinsip creatio-ex-nihilo , kalau tidak secara
eksplisit, ya secara implisit. Ketiganya tidak terang-terangan bilang begitu, tetapi
dengan menekankan bahwa Kejadian 1 merupakan polemik terhadap
pemahaman-pemahaman dunia yang ada di sekitar Israel yang katanya tidak
membedakan Pencipta dari penciptaan, nampaknya kesannya memang demikian.
Sebuah
usulan: kalau mau memehami teks ini
dalam konsep ‘creatio ex nihilo” maka kita memahaminya sebagai suatu
“pernyataan teologis”. Pernyataan itu berbunyi “pada mulanya Allah menciptakan
langit---ayat 1”. Ayat 2 merupakan penjelasan dari ayat 1 dan diikuti dengan
tahapan-tahapan penciptaan. Alasannya adalah tetap memahaminya dalam kesatuan
teks dan konsep creatio ex nihilo. Dengan demikian maka pernyataan ini tidak hanya
berkaitan dengan konsep creatio ex nihilo
melainkan pernyataan yang berhubungan dengan “kemahakuasaan Allah dalam
mencipta --bara” yakni dari tidak ada menjadi ada. Allah mengatasi
segala ciptaan atau alam semesta. Ini juga menepis pandangan “emanasi” juga
pandangan “evolusi”. Yang menjadi subjek pada ayat 1 adalah “Allah”, “langit
dan bumi” sebagai objek bukan sebaliknya. Dalam konsep creatio ex nihilo kita menolak penggunakan unsur materi. Mencipta
dari tidak ada menjadi ada berarti tanpa materi (non material). Yang digunakan
Elohim ketika mencipta adalah perkataan Allah atau dabar Elohim. Jadi,
justru sebaliknya Elohim menggunakan unsur non material untuk meng-ada-akan
unsur materi. Inilah “cratio ex nihilo”.
Namun berbeda ketika Elohim menciptakan manusia (cretio secunda).
## Creatio Secunda
Sekalipun kita tetap mempertahankan konsep creatio ex nihilo. Namun,
konsep ini tidak akan kita kenakan pada penciptaan manusia. Sebab dalam proses
penciptaan manusia, Elohim menggunakan unsur materi, yakni tanah dan nafas
(creation secunda. Bukan berarti ciptaan yang lain lebih tinggi dari
manusia. Dan yang menjadikan manusia mulia bukan karena Allah menciptakan
manusia dengan tangan-Nya sendiri. Yang membedakannya adalah struktur pada
manusia dan ciptaan yang lain. Hal itulah yang menjadikan manusia unik dalam
pola penciptaannya.
Penciptaan manusia tidak terjadi secara tiba-tiba.
Allah di dalam kemahatahuan-Nya telah merencanakan penciptaan manusia. Sebagai
pertimbangan:
Pertama, Allah menggunakan tahapan-tahapan penciptaan, yang
di mulai dari penciptaan hari pertama --- terang sampai penciptaan hari keenam
--- manusia.
Kedua, proses penciptaan: proses penciptaan manusia berbeda
dengan ciptaan yang lain. Ketiga, unsur yang dipergunakan: Allah
menggunakan unsur material dan non- material saat menciptakan manusia (Adam dan Hawa).
Sedangkan pada ciptaan yang lain Allah hanya menggunakan unsur non material (Firman
Tuhan: Ber-Firman-lah Allah, jadilah maka … jadi). Ketiga hal di atas
menunjukkan bahwa Allah telah merencakannya sebelum penciptaan di mulai atau
dasar bumi diletakkan (bdn. Efesus 1:4).
Pada kejadian 1:26, 28 dan 2:7, bila tidak berhati-hati
maka akan terjebak dalam pandangan bahwa “ada dua kali penciptaan”. Sebab di
Kejadian 1:26 berkata “baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa
Kita. Lalu menurut gambar dan rupa Allah diciptakannyalah manusia”. Sedangkan di
Kejadian 2:7 disana dikatakan “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu
dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam lubang hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hdidup”. Bagaimana memahami kedua
ayat ini?
Kejadian 1:26,27, di sana tidak ditemui suatu kronologi penciptaan
manusia. atau tidak ada urut-urutan atau tahapan-tahapan. Berbeda dengan
Kejadian 2:7, penulis kitab Kejadian menghadirkan tahapan penciptaan manusia
(bdn. Dengan kronologi penciptaan dari hari pertama hingga hari keenam). Bila
membaca kalimat dalam teks Kejadian 1:26
maka teks tersebut lebih condong pada kalimat pernyataan “baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. …”. Sehingga dapat kita pahami
bahwa ada tersirat suatu “musyawarah ilahi”. Atau ada kesepakatan di dalam
“diri Allah – Trinitas” tentang “wujud manusia”, di mana wujud manusia harus
menggambarkan siapa. Dari teks Kejadian 1:26, ada juga semacam kesepakatan yang
dimulai dengan musyawarah sehingga bila membaca Kejadian 1:26, kita temukan
suatu kalimat yang mengetengahkan hasil dari suatu musyawarah. Hasil musyawarah
itu berbunyi “baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita”.
Artinya manusia merupakan penggambaran
rupa Allah di dunia. Maka, penciptaan manusia merujuk pada bagaimana diri
Allah terpresentasi dalam diri manusia. Ini merupakan arti operasionalitas dari
istilah tselem dan demuth.
Kejadian
1:26-27, dengan memahami Kejadian 1:26-27 sebagai suatu musyawarah ilahi,
barulah di Kejadian 2:7 ini menghadirkan kronologi penciptaan manusia:
- Di teks Kejadian 2:7 dan ayat sebelumnya tidak ada kalimat “Allah mengambil debu tanah”, yang ada adalah “Allah membentuk manusia dari debu tanah…” maka langkah awal tentu Allah mengambil debu tanah kemudian membentuk manusia. Ini merupakan tahapan pertama, di mana Allah membentuk tubuh (materi) manusia.
- Langkah kedua, setelah membentuk tubuh dari debu tanah, Kejadian 2:7b berbunyi dan “ (Allah) menghembuskan nafas hidup ke dalam lubang hidungnya.
- Langkah ketiga, manusia menjadi makhluk hidup.
Ayat 18, elohim melihat bahwa semua makhluk hidup
berpasang-pasanga, lalu elohim mengambil
rusuk dari ha ish – laki-laki itu
untuk membangun –banah perempuan – ishsha sehingga ishsha menjadi ezer neged. Sebelum elohim mengambil rusuk Adam, Elohim
membuat Adam tertidur nyenyak – tardema.
Dalam kamus Strong tardema diartikan
sebagai keadaan seseorang yang tak
sadarkan diri atau seperti dibius.
Oleh karena perempuan dibangun dari rusuk laki-laki itu, maka ia dipanggil ishsha karena dibangun dari bagian ish.
Ada
perbedaan antara Adam dan Hawa dalam proses keberadaan mereka sebagai manusia. Ada dua kata kerja juga
yang digunakan baik untuk Adam maupun Hawa. Penulis memilih menggunakan dua
kata yang nantinya akan menggambarkan perangai atau tabiat dari kedua manusia
ini. Untuk Adam, penulis kitab menggunakan kata kerja yatzar dan diikuti kata bendak maskulin jamak elohim ( yatzar elohim) –
Kejadian 2:7. Sedangkan untuk Hawa, penulis menggunakan kata kerja banah dan diikuti kata benda maskulin
jamak elohim (banah elohim) – Kejadian 2:22. Dalam tata bahasa Inggris-pun, kata
kerja yatzar diterjemahkan formade dan made. Yatzar diartikan
seperti seorang tukang yang mungkin “masih kasar” bila melihat hasil
pekerjaannya. Sedangkan banah diartikan
seperti seniman yang kemungkinan besar penilaian selalu ditunjukkan pada sisi
ártistik’. Dengan demikian maka Adam mewarisi perangai yang kasar, ingin
menjadi pahlawan (sang arjuna) sedangkan Hawa mewarisi perangai yang lembut,
bukan sebagai pahlawan (dilindungi). Jadi, laki-laki adalah yatzar elohim sedangkan Hawa adalah banah elohim.
Selain
itu, elohim mengambil dari adam (ah) tsêlâ‛ / tsal‛âh untuk membangun 'ishshâh (perempuan). Sebab itu ia dipanggil 'ishshâh karena diambil dari laki-laki. Bukan tidak memiliki
makna jika perempuan dipanggil 'ishshâh,
bukan hanya untuk menandai bahwa ia diambil dari laki-laki melainkan juga untuk
membedakannya dari laki-laki. Karena itu yang mendampingi Adam (satu orang)
bukan si Ucup (laki-laki) melainkan Maria (perempuan). Artinya bahwa sejak awal
elohim menekankan monogamy dan menolak
polygamy – poliandri serta menolak perkawinan sesama jenis atau homoseksual
atau sebaliknya elohim tidak menciptakan Hawa terlebih dahulu dan menempatkan
si Iyem disampingnya. Artinya menolak juga lesbian. Dengan demikian maka elohim
yang memprakarsai:
1. Penciptaan Adam dan Hawa
(2:7,22)
2. Perkawinan Adam dan Hawa
(2: 23-24)
3. Monogamy dan menolak
poligami serta poliandri
4. Penolakan homoseksual dan
lesbian.
## Tselem dan Demuth.
Kedua istilah ini dalam
bahasa Latin disebut imago dan similitude. Kamus Latin –Indonesia
mendefinisikan “imago” sebagai ‘gambar, patung, lukisan, potret, atau tjitra’.
Dan dapat dibandingkan dengan istilah ‘imago
alcs’ artinya gambaran yang mirip dengan deus. Sehingga imago
berarti ‘gambaran yang mirip dengan Allah’. Sedangkan kata similitude diambil dari akar kata similes artinya sama, serupa dengan, mirip dengan … sehingga
similitude berarti keserupaan dengan.
Lalu di mana letak imago alcs atau keserupaan
dengan…? Keserupaan itu adalah keserupaan dalam sifat non-moral Allah bukan
moral. Ini dapat kita bandingkan dengan Mazmur 8:6 “…Engkau telah membuatnya
hampir sama seperti Allah, …”. Yang membuat manusia tidak sama dengan Allah
adalah dalam sifat moral-Nya (Mahakuasa, Mahahadir, Mahakasih, dll), namun yang
membuat manusia segambar dengan-Nya adalah. Ada yang menyebutnya bonum superaditum atau anugerah ilahi yang ditambahkan pada sifat
manusia yang pokok.
## Debu tanah dan nefes.
Kejadian
2:7 menyebutkan bahwa “Allah
menjadikan manusia dari debu tanah kemudian Allah menghembuskan nafas hidup ke
dalam lubang hidungnya”.
Dari
ayat tersebut seperti yang tampak pada struktur kalimat di atas, maka muncul
dua istilah debu tanah dan nafas hidup. Istilah adamah ditempat lain digunakan istilah daging atau basar (Heb) dan sarx (Ger)
untuk menyebut tubuh manusia. Meskipun dalam teks muncul kata debu tanah (merujuk pada tubuh), namun
kata basar kemudian tidak
diterjemahkan tubuh melainkan daging (bedakanlah dengan kata daging yang merujuk pada kata sifat
yakni perbuatan duniawi). Millard J. Erickson mengusulkan agar kedua istilah
ini merujuk pada arti yang sama sebab Perjanjian Lama telah menyajikan suatu
pandangan terpadu mengenai manusia tanpa membedakan antara daging dan tubuh.
Dengan demikian debu tanah dan daging adalah tubuh atau badan manusia.
Tubuh atau badan merupakan penampakan lahiriah (bedakan dengan perbuatan
lahiriah yang sama dengan perbuatan daging) manusia. Manusia haruslah yang
“berbadan atau bertubuh” dan memiliki “hidup”.
Dari Kejadian 1-2:1-7, alkitab memberi
sangkalan dengan menolak:
- Ateisme yang menyangkal adanya Tuhan
- Politeisme yang percaya kepada ilah yang jamak
- Fatalisme yang mengajarkan tentang kesemena-menaan dalam segal hal
- Evolusi dengan ajaran tentang kontinyuitas ciptaan
- Panteisme yang mengajarkan tentang kesamaan Allah dan alam
- materialisme yang mengajarkan keabadian dunia materi
Isu: isu yang mencuat dalam tema penciptaan adalah homoseksual dan lesbian; persoalan gender;
paham Allah dan penyimpangannya (politheisme, deisme, panteisme,
materialisme, dan isme-isme lain
disekitar paham Allah).
pak kalo boleh tahu kira-kira siapa kah yang menciptakan air itu sebelum langit dan bumi dijadikan menurut kej 1 ????
BalasHapusHai Be.
BalasHapusSaya tertarik dengan komentar Anda, dalam komentar Anda, Anda membuat satu pertanyaan. Dan pertanyaan Anda, saya akan analisis, semoga dengan hasil analisis ini bisa memberikan pemahaman kepada Anda, sehingga Anda merasa terpuaskan atas jawaban dari pertanyaan Anda. Baik lagsung saja, inilah hasil analisis tersebut:
1. Frase "Kalo boleh tahu"
Anda mengawali pertanyaan Anda dengan "Kalo boleh tahu". Ada makna dari frase ini, adapun makna dari frase ini yaitu:
a.Tidak ada unsur paksaan untuk menjawab pertanyaan Anda.
b. Anda belum mengenal orang yang Anda tanyai.
b. Anda membuat pertanyaan sesuai dengan standar pengetahuan yang dimiliki.
c.Anda sendiri tidak yakin dengan pertanyaan Anda, maksudnya jika Anda sendiri yang menjawab pertanyaan tersebut, Anda akan masih ragu dan ragu, keraguan itu benar atau salah.
d. Anda ingin mengetahui standar pegetahuan yang Anda tanyai.
2. Kata "kira-kira siapa".
Dari frase tersebut, ada makna yang dalam sekali, dan saya yakin makan tersebut tidak pernah terpikirkan oleh Anda. Jadi, apakah makna dari frase "kira-kira siapa"? Berikut ini penjelasan maknanya:
a. Anda meragukan 1:1
b. Ada Allah lain.
c. Air tidak diciptakan oleh Allah.
d. Air ada dengan sendirinya.
Kesimpulan analisis: Hai Be, dari hasil pemaparan analisis yang sudah saya buat memberikan indikasi bahwa pertanyaan Anda menjebak dan berpotensi membuat kesalahan. Inilah hasil analisi saya, semoga Anda terpuaskan. GBU