SUPERIORITAS DARAH KRISTUS

SUPERIORITAS DARAH KRISTUS
Ibrani 10: 19,20
Noh Ibrahim Boiliu, M.Th
Pendahuluan
Penulis surat Ibrani, di ayat 19 berkata “jadi saudara-saudara…”menunjukkan bahwa penulis surat menyapa orang-orang yang kemungkinan sudah dikenal (orang percaya) dan bukan orang-orang Yahudi yang tidak percaya. Ini sama dengan perkataan “orang-orang yang berani masuk ke tempat mahakudus oleh darah Yesus Kristus. Mereka telah menurut jalan yang baru dan hidup yang dibukakan Kristus bagi hidup kita dengan melalui tabir, yaitu tubuh Kristus. Penulis, di bawah kuasa Roh Kudus, membukakan kepada kita satu rahasia daripada SUPERIORITAS DARAH KRISTUS. Mengapa?
1. Sebab Tidak Ada Pembenara Tanpa Darah Kristus
Tanpa darah-Nya, tidak ada seorangpun yang dapat sampai ke ruang mahakudus. Harus melintasi tabir, pelataran dan sampai ke ruang mahakudus hanya dengan darah Anak Domba Allah - en tōi haimati Iēsou ( by His Blood). Selain itu, penulis ingin membawa pemahaman dan paradigma orang Ibrani. Kristen melintasi pemahaman taurat Yahudi yang penuh dengan kekakuan atau membawa mereka keluar dari legalitas hukum taurat yang kaku dan naik pada level “legalitas pembenaran dalam Kristus melalui darah-Nya”. Dalam cara pandang yang lain, legalitas pembenaran oleh darah Kristus menggantikan legalitas hukum taurat. Bukan lagi dengan melakukan hukum taurat melainkan percaya kepada Kristus. Tetapi harus diingat bahwa kematian Kristus tidak menghapuskan hukum taurat. …dan semua orang yang berdosa di bawah hukum taurat akan dihakimi oleh hukum taurat – Roma 2:12“. Apa yang diharapkan oleh mereka yakni hukum taurat sebagai penolong, justru akan menjadi alat di tangan Tuhan untuk menghakimi mereka. Mereka berusaha memakai hukum taurat untuk berbuat dosa, tetapi sebenarnya taurat dimaksudkan sebagai standar kekudusan. Perlu menegaskan pernyataan Hagelberg, “taurat sebagai standar kekudusan itu hanya memungkinkan pada pra kebangkitan Kristus, pasca kebangkitan, kebenaran Kristus menjadi standar kekudusan” tanpa meniadakan hukum taurat.
2. Sebab Kematian Kristus Membawa Ke-manungaling-an.
Melalui kematian Kristus, akan membawa masuk dalam tahap “menyatu dengan Allah atau manunggaling kawula Gusti”. Pengalaman dengan Kristus menjadi suatu pengalaman mitis spiritual dan kepenuhan Roh Kudus dalam kehidupan peribadatan mereka sehingga mereka tidak lekas berbalik lagi kepada agama Yahudi. Tepat apa yang dikatakan penulis surat ini di ayat 20 pada frasa “Ia telah membuka jalan baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-nya sendiri”TB; Kalau dalam versi BIS dikatakan “Yesus sudah membuka suatu jalan yang baru untuk kita, yaitu jalan yang memberi kehidupan”. Mungkin kita bertanya, jika jalan baru itu adalah kematian dan kebangkitan-Nya, maka manakah jalan yang lama itu?. Jalan lama itu bernama “jalan hukum taurat, jalan agama Yahudi”. Velue dari jalan lama adalah negative dan mematikan sedangkan jalan yang baru bernama “jalan kehidupan – veluenya positif” yang mana jalan kehidupan itu dibuka atau dirintis dengan “kematian Putera Tunggal Allah atau darah Anak Domba”. Teks ini dalam naskah asli dikatakan “hēn enekainisen hēmin hodon” mengandung makna “dibuka dan didedikasikan untuk mereka yang percaya”. Jalan ini jalan kehidupan – zosan; dapat kita bandingkan dengan ungkapan ‘Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, jikalau tidak melalui-Nya, dan dengan darah-Nya. Ini menunjukkan tujuan inkarnasi Yesus (bdn. Yoh. 1:14 - …telah menjadi manusia dan diam di antara kita…).
Penutup
Melalui darah Kristus, kita memperoleh pembenaran bahkan membawa pembaharuan dalam hukum taraut. Sejalan dengan itu, kematian Kristus meretas jalan baru sehingga kita dapat bersatu dengan Kristus. Bersatunya orang percaya dengan Kristus akan membawa berkata tersendiri bagi orang percaya selain berkat keselamatan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Pendidikan (Ringkasan dari buku Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si)

Psikologi Pendidikan Kristen (Sentot Sadono)