METAFORA "TUBUH KRISTUS" (Noh Ibrahim Boiliu)



Kehadiran gereja di dunia tidak terlepas dari perwujudan (mewujud atau mengambil rupa manusia) Allah dalam wujud manusia yang dikenal sebagai Kristus. Setiap orang yang percaya kepada Kristus terhisap ke dalam tubuh Kristus sebagai suatu kesatuan. Keterhisapan ke dalam tubuh Kristus menunjukkan kelekatan dan hubungan yang koherensif. Kekoherensifan hubungan ini pun menunjukkan bahwa orang yang telah terhisap ke dalam tubuh Kristus tidak dapat memisahkan diri. Keterpisahan pada prinsipnya menunjukkan penafikan atas hubungan dan kohenrensitas dimaksud.
Keterhisapan ke dalam tubuh Kristus juga mengindikasikan tentang persekutuan yakni persekutuan dalam tubuh Kristus. Abineno berkata “gereja adalah suatu persekutuan: persekutuandengan Kristus dan persekutuan anggota yang satu dengan anggota yang lain. Persekutuan ini biasanya dijelaskan dengan "tubuh Kristus" (bnd 1 Kor 12)”.[1] George Eldon Ladd menegaskan bahwa “sulit dibayangkan ada orang percaya yang hidup terisolir”.[2] Ini jelas, seperti yang dikatakan di atas bahwa “jika terpisah dari Kristus sebagai kepala” atau dalam istilah Ladd “terisolir” maka dapat dikatakan menafikan realitas Kristus sebagai kepala dari tubuh.
Istilah “tubuh Kristus” seperti yang diungkapkan di atas telah digunakan sebagai istilah yang lasim dalam alkitab. Biasanya “gereja” disebut juga tubuh Kristus.
Sebelum itu Gereja-gereja Protestan umumnya hanya memakai kiasan "tubuh kristus" untuk Gereja yang tidak kelihatan. Teologi baru dari Gereja Roma Katholik menekankan, bahwa "tubuh kristus" untuk Gereja yang tidak kelihatan. Teologi baru dari Ciereja Roma Katholikmenekankan, bahwa "tubuh kristus" bukan hanya suatu kiasan saja, tetapi lebih daripada itu : ia, secara harfiah, adalah bagian-luar yang kelihatan dari Kristus, ia adalah reinkarnasiNya yang terus berlangsung[3]

Oleh beberapa ahli teologi, penyebutan tubuh Kristus dianggap sebagai metafora dari tubuh Kristus dan acapkali penyebutan tubuh Kristus selalu merujuk pada gereja. Jika demikian, apakah paham tubuh dipakai sebagai sebuah metafora semata?. Dan apakah gagasan tentang Gereja sebagai tubuh Kristus inilah yang menjadi ide dasar dari surat Efesus?. Gereja adalah tubuh, dengan Kristus sebagai Kepala, daripada-Nya mengalir segala daya yang memungkinkan Gereja menerima pertumbuhan ilahinya, gereja mendapatkan daya dan kekuatan untuk dapat bertahan dan terus bertumbuh.
Di sini (dalam surat Efesus), nampak pula pengaruh latarbelakang budaya Hellenis, terutama ilmu kedokteran waktu itu yang memandang kepala tubuh sebagai sumber kehidupan bagi seluruh tubuh, maka dengan latarbelakang ini, “kepala” mau menyatakan bahwa Kristus merupakan sumber hidup bagi Gereja (Ef. 4:16; Kol. 2:19). Dengan demikian, Gereja tidak lagi dipandang hanya sebagai kumpulan orang semata, melainkan lebih dari itu, sebagai perwujudan konkret dari karya keselamatan Allah yang Nampak dalam karya Kristus yang mempersatukan semua orang di dalam diri-Nya. Dengan demikian, paham tentang hakekat dan makna Gereja, tidak lagi ditarik dari hal yang konkret semata. Gereja dianggap sebagai tempat keselamatan yang bersumber kanpada Kristus sendiri. Karena itu, Gereja dipandang sebagai sesuatu yang suci, sebab Kristus sendirilah yang hadir di dalam gereja dan menyucikannya. Karena persatuannya dengan sang Kepala, dan karena mendapatkan daya hidup dari sang Kepala, maka Gereja dikatakan suci. Jadi kesucian Gereja bukan terutama karena di dalamnya terhimpun orang-orang yang suci, tetapi karena Kristuslah yang menjadi dasar dari pembentukannya dan Kristusitulah yang menyucikan Gereja.
Mengingat uraian di atas mungkin ada baiknya kalau mempertimbangkan supaya gereja (kita) dalam ekklesiologia  jangan hanya memakai kiasan "tubuh Kristus", tetapi juga kiasan-kiasan yang lain seperti kiasan "mempelai perempuan" yang sedang menantikan Mempelai laki-laki (Yoh 3:29: Why 18:23; dll), kiasan "kawanan domba”  Gembala yang baik (Yoh 10:1-21), kiasan "carang-carang" dari "pohon anggur yang benar" (Yoh 15:1-8), dan lain-lain, kalau kita mau menjelask Gereja sebagai persekutuan.
Dalam konteks itulah, penulis melakukan penelitian tekstual terhadap istilah tubuh Kristus sebagai metafora dalam surat Efesus. Mengingat istilah ini, dalam surat-surat Rasul Paulus menggunakan istilah ini. Khususnya dalam surat Efesus, tubuh Kristus pun dapat ditemui di dalamnya.


[1] JL.CH.  Abineno, PergulatandanKontekstualisasiPemikiranProtestan Indonesia; GerejadanKeesaanGereja, Jakarta: BPK GunungMulia,
[2] George Eldon Ladd, TeologiPerjanjianBaru, jilid 2, Bandung: KalamHidup, 2002, h. 68
[3] Ibid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sosiologi Pendidikan (Ringkasan dari buku Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si)

Psikologi Pendidikan Kristen (Sentot Sadono)